Jumat, 30 September 2016

Depresi, gejala depresi pada remaja dan penyebab depresi

Apa Depresi Itu?
Tahukah Anda apa depresi itu? Menurut American Psychiatric Association, depresi merupakan suatu gangguan mental yang spesifik yang ditandai dengan adanya perasaan sedih, putus asa, kehilangan semangat, merasa bersalah, lambat dalam berpikir, menurunnya motivasi untuk melakukan aktivitas, dll. Mungkin Anda bertanya-tanya, mengapa depresi lebih banyak dialami oleh remaja? Hal ini disebabkan remaja cenderung memperhatikan citra tubuhnya, rentan mengalami peristiwa yang penuh stres, mengalami tekanan dalam penyesuaian diri dalam berinteraksi dengan orang lain. Hinton (1989) mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa perubahan hormonal, perubahan tingkat dan pola hubungan social sehingga remaja cenderung mempersepsikan orang tua secara berbeda. Selain itu, masa pertumbuhan remaja, jarang yang berlangsung dengan lancar. Banyak masalah yang terjadi dan bisa makin serius hingga menyebabkan depresi yang berkepanjangan. Remaja yang mengalami depresi akan menjadi apatis dan menyalahkan dirinya sendiri sehingga merasa enggan untuk mencari pertolongan.

Gejala-gejala Depresi Pada Remaja
Anda dapat mengetahui apakah anak Anda mengalami depresi atau tidak maka Anda perlu mengetahui gejala-gejala depresi pada remaja. Bagaimana gejala-gejala depresi yang dialami remaja? Menurut DSM-IV-TR, ada beberapa gejala-gejala depresi pada remaja, yaitu:
1.     Kehilangan minat dan kegembiraan pada hampir semua aktivitas dan hal ini hampir terjadi setiap hari.
2.    Berat badan mengalami penurunan drastis, padahal tidak sedang melalukan diet. Atau justru mengalami peningkatan berat badan lebih dari 5% dalam satu bulan. Atau mengalami penurunan atau justru peningkatan nasfu makan hampir setiap hari.
3.    Mengalami insomnia (kesulitan tidur) atau hipersomnia (suka tidur atau lebih banyak tidur) hampir setiap hari.
4.    Mengalami penurunan minat dalam melakukan aktivitas yang terjadi hampir setiap hari dan kehilangan energi hampir setiap hari.
5.     Merasa dirinya tidak berharga atau merasa bersalah yang berlebihan.
6.     Kehilangan kemampuan untuk berpikir dan berkonsentrasi.
7.     Munculnya perasaan sedih hampir setiap hari.
8.     Munculnya pikiran-pikiran tentang kematian, ide bunuh diri yang berulang tanpa rencana, atau adanya usaha percobaan bunuh diri, atau adanya rencana spesifik untuk bunuh diri.
 Dengan demikian, remaja yang mengalami depresi akan cenderung mengalami insomnia atau cenderung lebih banyak tidur, mengalami gangguan nafsu makan, muncul ide bunuh diri, mengalami gangguan fungsi sosial, lebih mudah tersinggung, mengalami kesulitan untuk mengekspresikan emosinya, dll.

Penyebab Depresi Pada Remaja
Pertanyaannya sekarang, apa penyebab terjadinya depresi pada remaja? Depresi pada remaja disebabkan oleh kombinasi antara faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Yang termasuk faktor predisposisi adalah:
1.  Genetik
Menurut Birmaher (1998), mengatakan bahwa anak-anak yang memiliki orangtua depresi maka akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami depresi pada usia remaja. Dengan demikian, faktor gentik akan meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami depresi.
2.  Pengalaman masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
Jika seorang anak mengalami perlakuan yang tidak adil dari orangtuanya, hidup dalam keluarga yang tidak harmonis maka akan menyebabkan goncangan emosi yang memicu respon fisiologis dan psikologis yang mengakibatkan depresi.
 Sedangkan yang termasuk faktor presipitasi adalah peristiwa-peristiwa hidup yang penuh stres seperti sekolah, relasi dengan teman atau orangtua, pekerjaan, cinta, kematian orangtua, perselisihan dengan orangtua, kemarahan, mengalami kekerasan dalam keluarga, dll dapat menyebabkan depresi pada remaja. Shreeve (1991) juga mengemukakan bahwa seseorang dengan IQ normal atau tinggi tetapi hidup dikelilingi situasi yang penuh stres tetapi dirinya juga tidak dapat menghilangkan penyebab stres tersebut maka hal ini dapat menyebabkan depresi.

Dampak Depresi Remaja
Depresi dapat mengakibatkan dampak yang merugikan bagi si penderita seperti terganggunya fungsi sosial, fungsi pekerjaan, mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, mengalami ketidak berdayaan yang dipelajari, bahkan hingga tindakan bunuh diri yang menyebabkan kematian.  Remaja hanya mengurung diri di kamar, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya semangat hidup, hilangnya kreativitas, antusiasme dan optimisme. Dia tidak mau bicara dengan orang-orang, tidak berani berjumpa dengan orang-orang, berpikir yang negative tentang diri sendiri dan tentang orang lain, hingga hidup terasa sangat berat dan melihat masalah lebih besar dari dirinya. Remaja jadi pesimis memandang hidupnya, seakan hilang harapan, tidak ada yang bisa memahami dirinya, dan sebagainya.  

Solusi Untuk Mengatasi Depresi
        Depresi pada remaja harus segera ditangani karena kalau berkepanjangan, dapat mengakibatkan bunuh diri yang berujung pada kematian.  Makin lama seseorang mengalami depresi, makin lemah daya tahan mentalnya, makin habis energynya, makin habis semangatnya, makin terdistorsi pola pikirnya sehingga dia tidak bisa melihat alternative solusi, tidak bisa melihat ke depan, tidak menemukan harapan, tidak bisa berpikir positif. Ini menyebabkan remaja melihat bahwa bunuh diri menjadi solusi satu-satunya.
        Depresi akan lebih baik ditangani dengan psikoterapi karena dengan psikoterapi, remaja dibantu untuk menemukan akar permasalahannya dan melihat potret diri secara lebih obyektif. Psikoterapi ditujukan untuk membangun pola pikir yang obyektif dan positif, rasional dan membangun strategi / mekanisme adaptasi yang sehat dalam menghadapi masalah. Perlu diingat bahwa keterbukaan remaja untuk mengemukakan masalah yang sedang dihadapinya akan membantu proses penyembuhan dirinya. Ada beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi depresi pada remaja, yaitu:
1.     CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif dalam memandang diri dan masa depan sehingga akan memunculkan suatu kekuatan dari dalam dirinya bahwa dirinya mampu untuk mengatasi masalah tersebut.
2.     Psychodinamic Psychotherapy
Psychodinamic Psychotherapy digunakan untuk membantu remaja memahami, mengidentifikasi perasaan, meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dan mengatasi konflik yang sedang dialami.
3.     Interpersonal Psychoterapy
Interpersonal Psychoterapy digunakan untuk mengatasi depresi yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang menyebabkan kesedihan atau trauma, kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4.     Terapi Suportif
Terapi suportif digunakan untuk mengurangi taraf depresi.

        Banyak factor yang menentukan keberhasilan terapi seperti usia remaja saat awal mengalami depresi, beratnya depresi, motivasi, kualitas terapi, dukungan orangtua, kondisi keluarga (apakah orangtua juga menderita depresi atau tidak, ada atau tidak konflik dengan keluarga, kehidupan yang penuh stres atau tidak, dsb). Selain itu, juga diperlukan terapi keluarga untuk mendukung kesembuhan remaja penderita depresi. Mengapa? Karena dalam terapi keluarga, keluarga remaja yang depresi ikut mendiskusikan bagaimana cara yang terbaik untuk mengurangi sikap saling menyalahkan, orangtua remaja juga diberi tahu seluk beluk kondisi anaknya yang depresi sehingga diharapkan orangtua dan anggota keluarganya akan membantu dalam mengidentifikasi gejala-gejala depresi anaknya dan menciptakan hubungan yang lebih sehat.
Semoga pembahasan tentang depresi pada remaja, dapat memberikan manfaat bagi Anda dan dapat mencegah meningkatnya jumlah remaja yang mengalami depresi serta membantu menciptakan hubungan yang lebih sehat antara orangtua dengan anaknya.


Apa Alasan Remaja Bunuh Diri?
FENOMENA bunuh diri pada anak dan remaja dalam beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat drastis. Hal itu bukan hanya merupakan masalah kesehatan semata, tetapi sangat kompleks menyangkut berbagai aspek kehidupan (mental – emosional – sosial – ekonomi – pendidikan – rohani dan kesejahteraan). Banyak penelitian telah dilakukan mengenai fenomena ini, baik mengenai epidemiologi, etiologi, faktor risiko, maupun terapi dan prevensi. Namun untuk Indonesia hal ini masih sangat terbatas.
Agar dapat dilakukan berbagai upaya mulai dari pencegahan dan intervensi terhadap faktor-faktor yang dapat dimodifikasi, perlu pemahaman tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap bunuh diri pada anak dan remaja.
Keberhasilan bunuh diri pada remaja laki-laki 5 kali lebih besar dibandingkan wanita, meskipun untuk percobaan bunuh diri pada remaja wanita 3 kali lebih banyak dibandingkan remaja laki-laki. Ide-ide bunuh diri bukan merupakan fenomena yang statis dan dapat berubah dari waktu ke waktu. Keputusan untuk bunuh diri dapat muncul tiba-tiba (impulsif) tanpa banyak dipikirkan terlebih dahulu atau keputusan merupakan puncak dari kesulitan atau kebingungan yang berkepanjangan.
Profil anak dan remaja bunuh diri
Anak dan remaja yang mempunyai risiko bunuh diri, umumnya mempunyai profil atau ciri-ciri, di antaranya:
* Dikenal lingkungannya sebagai anak “baik”.
* Memiliki tuntutan kemampuan yang tinggi.
* Punya minat dan keinginan tinggi.
* Memiliki karakter perfeksionis atau selalu harus sempurna.
* Kesulitan untuk dapat menerima kekurangan diri.
* Prestasi akademik mulai kurang sampai di atas rata-rata.
Faktor pencetus bunuh diri
Bunuh diri pada anak dan remaja sering berhubungan dengan stresor yang terjadi sesaat. Faktor pencetus yang mendahului tindak bunuh diri pada anak dan remaja umumnya karena:
* Konflik dan pertengkaran dengan anggota keluarga (adik, kakak atau orang tua).
* Menghindari atau antisipasi terhadap hukuman, misal dari orang tua, guru atau polisi karena kesalahan yang dibuatnya.
* Kehilangan muka atau dipermalukan di depan teman-temannya.
* Pertengkaran dengan pacar atau putus cinta.
* Kesulitan di sekolah baik akademis, hubungan interpesonal atau keuangan.
* Perpisahan dengan orang yang berarti bagi dirinya.
* Penolakan baik oleh orang tua, teman atau lingkungannya.
Berhubungan dengan AIDS, kita sebagai remaja yang mungkin frustasi karena telah terjerumus ke dalam lembah penyakit mematikan ini semestinya sayangi diri dan mencari solusi. setiap hal ada konsekuensinya, menanam jagung akan menuai jagung, menanam perilaku seksual yang tidak seharusnya dilakukan remaja karena nafsu sesaat akan menemukan banyak resiko. Dalam agama pun dilarang bunuh diri. Jadi apapun masalahnya kita tenangkan pikiran dan cari solusi.
Menyesal? tentu ! Setiap melakukan kesalahan, penyesalan datang di saat terakhir. Namun penyesalan yang diikuti dengan tindakan akan membuahkan hikmah yang mendalam.
Fakta remaja yang sering bunuh diri justru yang tidak dapat menyalurkan perasaannya dengan baik. semua yang terlihat justru hanya kebohongan karena tidak mampu menahan beban dari masalah dan tak mampu mencari solusi. Sebaiknya kita menjaga diri kita seperti yang telah Tuhan berikan.karena yang beliau berikan untuk kita jaga. Seburuk-buruk masalah,mari kita cari solusi bersama dan jangan sekalipun menyakiti diri sendiri. Saya yang nyaris terperosok ke dalam jeratan bunuh diri tidak ingin ada yang mengikuti hal tersebut. Bunuh diri???? Pikir dan sayangi diri!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar