Apa Depresi Itu?
Tahukah Anda apa depresi itu? Menurut American
Psychiatric Association, depresi merupakan suatu gangguan mental yang
spesifik yang ditandai dengan adanya perasaan sedih, putus asa, kehilangan
semangat, merasa bersalah, lambat dalam berpikir, menurunnya motivasi untuk
melakukan aktivitas, dll. Mungkin Anda bertanya-tanya, mengapa depresi lebih
banyak dialami oleh remaja? Hal ini disebabkan remaja cenderung memperhatikan
citra tubuhnya, rentan mengalami peristiwa yang penuh stres, mengalami tekanan
dalam penyesuaian diri dalam berinteraksi dengan orang lain. Hinton (1989) mengatakan
bahwa masa remaja merupakan masa perubahan hormonal, perubahan tingkat dan pola
hubungan social sehingga remaja cenderung mempersepsikan orang tua secara
berbeda. Selain itu, masa pertumbuhan remaja, jarang yang berlangsung dengan
lancar. Banyak masalah yang terjadi dan bisa makin serius hingga menyebabkan
depresi yang berkepanjangan. Remaja yang mengalami depresi akan menjadi apatis
dan menyalahkan dirinya sendiri sehingga merasa enggan untuk mencari
pertolongan.
Gejala-gejala Depresi Pada Remaja
Anda dapat mengetahui apakah anak Anda mengalami depresi
atau tidak maka Anda perlu mengetahui gejala-gejala depresi pada remaja.
Bagaimana gejala-gejala depresi yang dialami remaja? Menurut DSM-IV-TR, ada
beberapa gejala-gejala depresi pada remaja, yaitu:
1.
Kehilangan minat dan kegembiraan pada hampir semua aktivitas dan hal ini hampir
terjadi setiap hari.
2. Berat badan
mengalami penurunan drastis, padahal tidak sedang melalukan diet. Atau justru
mengalami peningkatan berat badan lebih dari 5% dalam satu bulan. Atau
mengalami penurunan atau justru peningkatan nasfu makan hampir setiap hari.
3. Mengalami
insomnia (kesulitan tidur) atau hipersomnia (suka tidur atau lebih banyak
tidur) hampir setiap hari.
4. Mengalami
penurunan minat dalam melakukan aktivitas yang terjadi hampir setiap hari dan
kehilangan energi hampir setiap hari.
5. Merasa
dirinya tidak berharga atau merasa bersalah yang berlebihan.
6.
Kehilangan kemampuan untuk berpikir dan berkonsentrasi.
7. Munculnya
perasaan sedih hampir setiap hari.
8. Munculnya
pikiran-pikiran tentang kematian, ide bunuh diri yang berulang tanpa rencana,
atau adanya usaha percobaan bunuh diri, atau adanya rencana spesifik untuk
bunuh diri.
Dengan demikian, remaja yang mengalami depresi akan
cenderung mengalami insomnia atau cenderung lebih banyak tidur, mengalami
gangguan nafsu makan, muncul ide bunuh diri, mengalami gangguan fungsi sosial,
lebih mudah tersinggung, mengalami kesulitan untuk mengekspresikan emosinya,
dll.
Penyebab Depresi Pada Remaja
Pertanyaannya sekarang, apa penyebab terjadinya depresi pada
remaja? Depresi pada remaja disebabkan oleh kombinasi antara faktor
predisposisi dan faktor presipitasi. Yang termasuk faktor predisposisi adalah:
1. Genetik
Menurut
Birmaher (1998), mengatakan bahwa anak-anak yang memiliki orangtua depresi maka
akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami depresi pada usia
remaja. Dengan demikian, faktor gentik akan meningkatkan risiko seseorang untuk
mengalami depresi.
2. Pengalaman masa kanak-kanak
yang tidak menyenangkan
Jika
seorang anak mengalami perlakuan yang tidak adil dari orangtuanya, hidup dalam
keluarga yang tidak harmonis maka akan menyebabkan goncangan emosi yang memicu
respon fisiologis dan psikologis yang mengakibatkan depresi.
Sedangkan yang termasuk faktor presipitasi adalah
peristiwa-peristiwa hidup yang penuh stres seperti sekolah, relasi dengan teman
atau orangtua, pekerjaan, cinta, kematian orangtua, perselisihan dengan
orangtua, kemarahan, mengalami kekerasan dalam keluarga, dll dapat menyebabkan
depresi pada remaja. Shreeve (1991) juga mengemukakan bahwa seseorang dengan IQ
normal atau tinggi tetapi hidup dikelilingi situasi yang penuh stres tetapi
dirinya juga tidak dapat menghilangkan penyebab stres tersebut maka hal ini
dapat menyebabkan depresi.
Dampak Depresi Remaja
Depresi dapat mengakibatkan dampak yang merugikan bagi si
penderita seperti terganggunya fungsi sosial, fungsi pekerjaan, mengalami
kesulitan untuk berkonsentrasi, mengalami ketidak berdayaan yang dipelajari,
bahkan hingga tindakan bunuh diri yang menyebabkan kematian. Remaja hanya
mengurung diri di kamar, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya semangat hidup,
hilangnya kreativitas, antusiasme dan optimisme. Dia tidak mau bicara dengan
orang-orang, tidak berani berjumpa dengan orang-orang, berpikir yang negative
tentang diri sendiri dan tentang orang lain, hingga hidup terasa sangat berat
dan melihat masalah lebih besar dari dirinya. Remaja jadi pesimis memandang
hidupnya, seakan hilang harapan, tidak ada yang bisa memahami dirinya, dan
sebagainya.
Solusi Untuk Mengatasi Depresi
Depresi pada remaja harus segera ditangani karena kalau
berkepanjangan, dapat mengakibatkan bunuh diri yang berujung pada kematian.
Makin lama seseorang mengalami depresi, makin lemah daya tahan mentalnya,
makin habis energynya, makin habis semangatnya, makin terdistorsi pola pikirnya
sehingga dia tidak bisa melihat alternative solusi, tidak bisa melihat ke
depan, tidak menemukan harapan, tidak bisa berpikir positif. Ini menyebabkan
remaja melihat bahwa bunuh diri menjadi solusi satu-satunya.
Depresi akan lebih baik ditangani dengan psikoterapi karena
dengan psikoterapi, remaja dibantu untuk menemukan akar permasalahannya dan
melihat potret diri secara lebih obyektif. Psikoterapi ditujukan untuk
membangun pola pikir yang obyektif dan positif, rasional dan membangun strategi
/ mekanisme adaptasi yang sehat dalam menghadapi masalah. Perlu diingat bahwa
keterbukaan remaja untuk mengemukakan masalah yang sedang dihadapinya akan
membantu proses penyembuhan dirinya. Ada beberapa terapi yang dapat dilakukan
untuk mengatasi depresi pada remaja, yaitu:
1. CBT (Cognitive Behavioral
Therapy)
CBT
digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif dalam memandang diri dan masa
depan sehingga akan memunculkan suatu kekuatan dari dalam dirinya bahwa dirinya
mampu untuk mengatasi masalah tersebut.
2. Psychodinamic Psychotherapy
Psychodinamic
Psychotherapy digunakan untuk membantu remaja
memahami, mengidentifikasi perasaan, meningkatkan rasa percaya diri,
meningkatkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dan mengatasi
konflik yang sedang dialami.
3. Interpersonal Psychoterapy
Interpersonal
Psychoterapy digunakan untuk mengatasi depresi
yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang menyebabkan kesedihan atau
trauma, kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4. Terapi Suportif
Terapi
suportif digunakan untuk mengurangi taraf depresi.
Banyak factor yang menentukan keberhasilan terapi seperti usia remaja saat awal mengalami depresi, beratnya depresi, motivasi, kualitas terapi, dukungan orangtua, kondisi keluarga (apakah orangtua juga menderita depresi atau tidak, ada atau tidak konflik dengan keluarga, kehidupan yang penuh stres atau tidak, dsb). Selain itu, juga diperlukan terapi keluarga untuk mendukung kesembuhan remaja penderita depresi. Mengapa? Karena dalam terapi keluarga, keluarga remaja yang depresi ikut mendiskusikan bagaimana cara yang terbaik untuk mengurangi sikap saling menyalahkan, orangtua remaja juga diberi tahu seluk beluk kondisi anaknya yang depresi sehingga diharapkan orangtua dan anggota keluarganya akan membantu dalam mengidentifikasi gejala-gejala depresi anaknya dan menciptakan hubungan yang lebih sehat.
Semoga pembahasan tentang depresi pada remaja, dapat
memberikan manfaat bagi Anda dan dapat mencegah meningkatnya jumlah remaja yang
mengalami depresi serta membantu menciptakan hubungan yang lebih sehat antara
orangtua dengan anaknya.
Apa Alasan Remaja Bunuh Diri?
FENOMENA bunuh diri pada anak dan remaja dalam
beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat drastis. Hal itu bukan hanya
merupakan masalah kesehatan semata, tetapi sangat kompleks menyangkut berbagai
aspek kehidupan (mental – emosional – sosial – ekonomi – pendidikan – rohani
dan kesejahteraan). Banyak penelitian telah dilakukan mengenai fenomena ini,
baik mengenai epidemiologi, etiologi, faktor risiko, maupun terapi dan
prevensi. Namun untuk Indonesia hal ini masih sangat terbatas.
Agar dapat dilakukan berbagai upaya mulai dari
pencegahan dan intervensi terhadap faktor-faktor yang dapat dimodifikasi, perlu
pemahaman tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap bunuh diri pada anak
dan remaja.
Keberhasilan bunuh diri pada remaja laki-laki 5 kali
lebih besar dibandingkan wanita, meskipun untuk percobaan bunuh diri pada
remaja wanita 3 kali lebih banyak dibandingkan remaja laki-laki. Ide-ide bunuh
diri bukan merupakan fenomena yang statis dan dapat berubah dari waktu ke
waktu. Keputusan untuk bunuh diri dapat muncul tiba-tiba (impulsif) tanpa
banyak dipikirkan terlebih dahulu atau keputusan merupakan puncak dari
kesulitan atau kebingungan yang berkepanjangan.
Profil anak dan remaja bunuh diri
Anak dan remaja yang mempunyai risiko bunuh diri,
umumnya mempunyai profil atau ciri-ciri, di antaranya:
* Dikenal lingkungannya sebagai anak “baik”.
* Memiliki tuntutan kemampuan yang tinggi.
* Punya minat dan keinginan tinggi.
* Memiliki karakter perfeksionis atau selalu harus
sempurna.
* Kesulitan untuk dapat menerima kekurangan diri.
* Prestasi akademik mulai kurang sampai di atas
rata-rata.
Faktor pencetus bunuh diri
Bunuh diri pada anak dan remaja sering berhubungan
dengan stresor yang terjadi sesaat. Faktor pencetus yang mendahului tindak
bunuh diri pada anak dan remaja umumnya karena:
* Konflik dan pertengkaran dengan anggota keluarga
(adik, kakak atau orang tua).
* Menghindari atau antisipasi terhadap hukuman, misal
dari orang tua, guru atau polisi karena kesalahan yang dibuatnya.
* Kehilangan muka atau dipermalukan di depan
teman-temannya.
* Pertengkaran dengan pacar atau putus cinta.
* Kesulitan di sekolah baik akademis, hubungan
interpesonal atau keuangan.
* Perpisahan dengan orang yang berarti bagi dirinya.
* Penolakan baik oleh orang tua, teman atau
lingkungannya.
Berhubungan
dengan AIDS, kita sebagai remaja yang mungkin frustasi karena telah terjerumus
ke dalam lembah penyakit mematikan ini semestinya sayangi diri dan mencari
solusi. setiap hal ada konsekuensinya, menanam jagung akan menuai jagung,
menanam perilaku seksual yang tidak seharusnya dilakukan remaja karena nafsu
sesaat akan menemukan banyak resiko. Dalam agama pun dilarang bunuh diri. Jadi
apapun masalahnya kita tenangkan pikiran dan cari solusi.
Menyesal?
tentu ! Setiap melakukan kesalahan, penyesalan datang di saat terakhir. Namun
penyesalan yang diikuti dengan tindakan akan membuahkan hikmah yang mendalam.
Fakta
remaja yang sering bunuh diri justru yang tidak dapat menyalurkan perasaannya
dengan baik. semua yang terlihat justru hanya kebohongan karena tidak mampu
menahan beban dari masalah dan tak mampu mencari solusi. Sebaiknya
kita menjaga diri kita seperti yang telah Tuhan berikan.karena yang beliau
berikan untuk kita jaga. Seburuk-buruk masalah,mari kita cari solusi bersama
dan jangan sekalipun menyakiti diri sendiri. Saya yang nyaris terperosok ke
dalam jeratan bunuh diri tidak ingin ada yang mengikuti hal tersebut. Bunuh
diri???? Pikir dan sayangi diri!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar