Senin, 19 September 2016

KONSELING ANALISIS TRANSAKSIONAL

KONSELING ANALISIS TRANSAKSIONAL
(KONSTRAN)
1.      Pengantar Konseling Analisis Transaksional
Analisis transaksional dapat meningkatkan kecakapan klien untuk mentoleransi dan megendalikan kecemasan dan membuat sesuatu yang dapat membatasi tindakan. Teori analisis transaksional berdasarkan pada pemunculan manifestasi dan pola-pola perilaku dalam transaksi antara terapis dengan klien. Menurut berne satuan hubungan social disebut suatu transaksi. Jika dua atau lebih hubungan bertemu satu dengan yang lain, cepat atau lambat salah satu dari mereka akan berbicara atau member beberapa indikasi pengakuan kehadiran yang lain. Hal ini disebut sebagai “transaksional stimulus”. Orang lain kemudian akan menyatakan atau melakukan sesuatu dalam kaitan dengan stimulus tadi, dan hal ini disebut sebagai “transaksional response”.
Analisis transaksional mengkaji tansaksi ini, menentukan peran-peran dan karakterisik ego setiap orang, dan mensistematiskan informasi diri transaksi itu. Perilaku manusia ditentuka oleh pengalaman kanak-kanak, akan tetapi dapat berubah. Manusia hidup dalam jagat raya yang terbuka dan berkembang yang tidak banyak diketahui, akan tetapi dapat dijelajahi oleh individu dengan membebaskan diri dari masa lalu. Dengan berfikir, manusia mampu merencanakan masa depan dan memperkirakan kemungkinan-kemungkinan.
2.      Pandangan Tentang Manusia
Setiap individu merupakan kesatuan dari tiga ego state (ES), yaitu :
a.       Ego state parent (ESP) :
Diwarnai oleh perintah, peringatan, sanksi, dan berorientasi pada nilai/moral (cenderung statis).
b.      Ego state adult (ESA) :
Berorientasi pada fakta dan diwarnai oleh pertanyaan apa, mengapa, bagaimana?, cenderung kepada perubahan (dinamis).
c.       Ego state child (ESC) :
Spontan, kreatif, senang/gembira, penuh gaya, dan banyak diwarnai oleh perasaan (cenderung statis).
3.      Struktur Kepribadian
a.       Individu berpotensi positif, apabila diberi suasana yang baik dan menguntungkan ia akan menjadi orang yang mampu menghadapi kenyataan.
b.      Individu berkembang sejak lahir dan dipengaruhi oleh factor-faktor fisi, psikis dan social-ekonomi.
c.       Lipos paling awal : SOKO, untuk ini perlu srokes positif tanpa syarat
d.      Hanya satu es yang aktif pada saat tertentu dalam berkomunikasi
e.       Kepribadian yang sehat (merupakan hasil dari asuhan yang baik dari orang tua) bercirikan :
·         Dimilikinya sikap hidup SOKO
·         Life script yang bebas dan terbuka terhadap games dan strokes
·         Dapat mempergunakan ketiga ES dengan baik dan lentur
4.      Motivasi Hidup
a.       Setiap individu menanggung dua kebutuhan :
(1). Kebutuhan fisik (makan, minum, udara)
(2). Kebutuhan Psikis :
·         Stimulus hanger and strokes
·         Time structuring
·         Position hanger
b.      Stimulus hanger and stroks :
Perlunya perhatian (rangsangan dan belaian) dari orang lain juga pengakuan
c.       Structure hanger :
Pemanfaatan waktu selama 24 jam se hari dalam mengantisipasi/menerima stimulus strokes, dengan pola WIRPAGIN :
·         Withdrawal :
 Menarik diri (mengisolasi diri)
·         Rituals :
Sekedar basa-basi dalam memberikan respon terhadap rangsangan dari orang lain, misalnya dalam membalas sapaan
·         Pastimes :
Pembicaraan untuk sekedar mengisi waktu, tanpa isi atau tujuan tertentu
·         Activities :
Melakukan suatu kegiatan yang sudah bertujuan
·         Games :
Bermain bersama orang lain atas dasar aturan tertentu
·         Intimacy :
Berhubungan amat akrab dengan orang lain
d.      Position hanger :
(1). Life postion (lipo) : bagaimana hubungan diri sendiri dengan orang lain
·         I’am oke - you are oke (SOKO)
·         I’am oke – you are not oke (SOKTO)
·         I’am not oke – you are oke (STOKO)
·         I’am not oke – you are not oke (STOKTO)
(2). Injuction : perintah orang tua yang harus dilaksanakan, hal ini menghasilkan STO
(3). Permision : kebebasan bertindak bagi anak, hal ini menghasilkan SO
(4). Life (liscrip) : rencana hidup untuk mewujudkan life posision yang telah dipilih
(5). Counterscript (counsript) : kondisi yang berlawanan dengan life script, hal ini   merupakan selingan singkat dari life script yang berkepanjangan.
5.      Jenis-jenis Transaksi
Gerald Corey (1984) membagi jenis transaksi menjadi tiga bagian yaitu :
a.       Transaksi sejajar, yaitu individu yang berkomunikasi dengan penampilan ego state tertentu dan ditujukan pada penampilan ego state tertentu pula, maka respon orang yang lawan berkomunikasi, ditampilkannya juga seperti apa yang diharapkan.
b.      Transaksi silang, yaitu penampilan ego state seseorang dan respon yang diharapkan tidak sejajar atau silang, yaitunya tidak sebagaimana yang diharapkan.
c.       Transaksi terselubung, yaitu penamilan ego state oleh orang yang berkomunikasi tersebut memiliki maksud yang terselubung seperti kiasan atau sindiran dan sejenisnya.
6.      Perkembangan Kepribadian Yang Sehat
Individu yang sehat dapat menggunakan ego statenya secara baik, tanpa ragu-ragu dan sesuai dengan situasi tertentu. Ada pun cirri-ciri perkembangan yang sehat, menurut Hansen, dkk (1977) adalah sebagai berikut :
a.       Individu memiliki dan dapat menampilkan ego statenya secara luwes sesuai dengan situasi da kondisi dimana dia berada.
b.      Individu tersebut berusaha untuk membuat “life script’ (naskah hidup) secara bebas, serta memiliki kebebasan pula untuk memungkinkan ia memperoleh sentuhan, dan pada dirinya ada kecenderungan memilih bentuk hubungan kelima (game).
c.       Memilih posisi hidup revolusioner, saya Ok, kamu Ok.
d.      Ego statenya tidak “kaku” atau tidak terlalu “cair” dalam arti dapat fleksibel.
7.      Perkembangan Kepribadian Abnormal
Hansen dkk, (1977) merumuskan empat cirri-ciri dari prkembangan kepribadian yang abnormal, yaitu :
a.       Kecenderungan untuk memilih posisi hidup devolusioner, revolusioner atau obsolusi-oner pada diriya ada “ not Ok”, misalnya memilih untuk tidak berbuat yang sebetulnya perlu, memilih untuk tidak bertanya, berhias dan lain-ain.
b.      Kecenderungan untuk menggunakan ego state yang tunggal, atau hanya satu saja tampil untuk situasi yang berbeda. Misalnya pada situasi dan kondisi yang berbeda, ego state yang tampil cenderung satu saja apakah ego state adult, parent atau selalu child.
c.       Ego state yang ditampilkannya terlalu ‘cair” sehingga tidak ada batas antara ego state yang satu dengan yang lainnya atau ego statenya bolong. Ini semuanya berkembang menjadi “untility parenting’ (orang tua yag selalu tidak). Orang seperti ini seringkali mengacaukan penampilan ego statenya pada situasi dan kondisi yang relative sama.
d.      Ego statenya tercemar, misalnya ego state adult dicemari oleh ego state child, dan ego state parent. Bentuk nyatanya berwujud prasangka, yaitu menganggap sesuatu tidak sesuai dengan kenyataan. Bentuk nyata lainnya adalah delusi, yaitu melihat sesuatu tidak sebagaimana mestinya. Prasangka dan delusi dapat merusak persepsi dan akhirnya merusak penyesuaian diri. Usaha unuk menyehatkan kepribadian sendiri adalah melalui cara menghilangkan prasangka dan delusi tersebut.
8.      Tujuan dan Proses Konseling
Tujuan konseling analisis transaksional ini antara lain yaitu :
a.        Mendekontaminasi ES yang terganggu
b.      Membantu menggunakan ketiga ES secara baik dan lentur
c.       Membantu menggunakan ego state adult secara optimal
d.      Mendorong perkembangannya :
·         Life position SOKO
·         Life script baru dan produktif
Proses konseling analisis transaksional ini antara lain yaitu, apabila konselor berkehendak menggunakan model analisis transaksional dalam membantu klien, maka dia hendaknya memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan analisis struktur kepribadian, transaksi dan naskah hidup. Ketiga hal tersebut menjadi kunci munculnya masalah dalam diri klien. Berkenaan dengan hal ini, Hansen dkk, (1977) membagi empat tahapan yang hendaknya dilalui dalam kegiatan konseling analis transaksional, yaitu :
·         Analisis struktur
·         Analisis transaksional
·         Analisis permainan
·         Analisis naskah hidup
9.      Teknik-teknik Konseling
Untuk membantu memecahkan masalah klien, dalam konseling dipakaikan beberapa teknik yang dirumuskan oleh model ini. Teknik yang digunakan dalam analisis transaksional ini menurut Hansen dkk, yaitu :
a.       Permission, konselor memberikan kebebasan yang luas, yaitu melakukan sesuatu yang dilarang oleh orang lain, dengan cara ini konselor akan dapat melihat ego state yang mana dominan pada diri klien, posisi hidup mana yang dipilihnya, bagaimana naskah hidupnya dan pola permainan mana yang dipilihnya dalam memperoleh sentuhan.
b.      Proteksi, dalam hal ini klien merasa aman berada bersama konselor. Dalam kegiatan konseling diciptakan rasa aman, sehingga klien merasa dirinya aman meskipun dia melakukan apa saja.
c.       Potensi, konselor benar-benar menampilkan kemampuan dirinya untuk membantu klien. Disini tampak bahwa konselor dituntut untuk mampu memberikan sesuatu dan mampu berbuat sesuatu dengan kepentingan, kemajuan dan kesejahteraan klien.
Cara yang dipergunakan konselor dalam menyelenggarakan proses konseling dikemukakan oeh Berne yang dikutip oleh Hansen (1977), sebagai berikut :
a.       Kemampuan bertanya, khususnya bertanya secara terbuka untuk menggali kenyataan tentang diri klien
b.      Konselor harus mampu mengkhususkan berbagai hal yang bersifat umum yang dikemukakan oleh klien.
c.       Dengan konfrontasi, klien akan menyadari keadaan yang sebenarnya yaitu keadaan yang mengandung kesenjangan tertentu.
d.      Konselor harus mampu memberikan penjelasan dan uraian tentang sesuatu yang menyangkut diri klien atau pun yang ditanyakan klien
e.       Konselor dituntut untuk memberikan contoh-contoh, gambaran-gambaran, demonstrasi-demostrasi tertentu, misalnya contoh, gambaran atau ilustrasi bagaimana orang tersenyum, bagaimana bersikap ramah dan lain sebagainya, kalau misalnya klie memang tidak bisa melakukan hal yang demikian.
10.  Kekuatan dan Kelemahan Konseling Analisis Transaksional
a.       Kekuatan
·         Terminologi yang sederhana dapat dipelajari dengan mudah diterapkan dengan segala pada perilaku yang kompleks
·         Klien diharapkan dan didorong untuk mencoba dalam hubungdiluar ruang konseling untuk mengubah perilaku yang salah
·         Perilaku klien “disini dan sekarang’merupakan cara untuk membawa perbaikan klien
·         Penekanan pada pengalaman masa kii dan lingkungan social
11.  Analisis Kasus Berdasarkan KONSTRAN
1.      Pemeliharaan oleh orang tua kurang sehat sehingga :
a.       Anak memilih STOKO
b.      Tidak dapat mempergunakan ketiga ES dengan baik :
·         Kontaminasi : prasangka dan berpandangan salah tanpa mau mendengarkan mana yang benar (delution)
·         Ekslusi : terlaku kabur atau terlalu “cair” dalam mempergunakan ES,  mampuan dalam mempergunakan ES secara tepat.
2.      Lipos (dan liscript-nya) yang dipilih cenderung menjadi dasar bagi pembentukan tingkah laku individu yang bersangkutan.




SUMBER :
·         Prof. Dr. Prayitno. 1998. Konseling Panca Waskita, BK. FIP. UNP
·         Prof. Dr. H. mohammad Surya. 2003. Teori-teori Konseling, Bandung : Pustaka Bani quraisy
·         Drs. Taufik. 2009. Model-model Konseling, BK. FIP. UNP


Tidak ada komentar:

Posting Komentar