Senin, 19 September 2016

KONSELING GESTALT (KONGES)

KONSELING GESTALT (KONGES)

A.    Pengantar Konseling Gestalt
Pendekatan konseling ini berpandangan bahwa manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut. Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggungjawab pribadi, memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi. Jadi hakikat manusia menurut pendekatan konseling ini adalah : (1) tidak dapat dipahami, kecuali dalam keseluruhan konteksnya, (2) merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu, (3) aktor bukan reaktor, (4) berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya, (5) dapat memilih secara sadar dan bertanggung jawab, (6) mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif.
Dalam hubungannya dengan perjalanan kehidupan manusia, pendekatan ini memandang bahwa tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Masa lalu telah pergi dan masa depan belum dijalani, oleh karena itu yang menentukan kehidupan manusia adalah masa sekarang.
Dalam pendekatan ini, kecemasan dipandang sebagai “kesenjangan antara saat sekarang dan kemudian”. Jika individu menyimpang dari saat sekarang dan menjadi terlalu terpaku pada masa depan maka mereka mengalami kecemasan. Dalam pendekatan gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai (unfinished business), yakni mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan. Meskipun tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi tertentu. Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran, perasaan-perasaan itu tetap tinggal pada latar belakang dan di bawa pada kehidupan sekarang dengan cara-cara yang menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan orang lain. Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia menghadapi dan menangani perasaan-perasaan yang tak terungkapkan itu.
B.     Asumsi dasar
a.       Manusia membentuk suatu “keseluruhan yang berarti” dari fenomena lingkungannya
b.      Kejadian dalam lapangan fenomenal dapat di bedakan antara groud dan figure
c.       Suatu fenomena menjadi figure tergantung pada kebutuhan individu
d.      Arti yang di berikan kepada figure tergantung pada penghayatan individu terhadap lapangan fenomenalnya
Konseling Gestalt diciptakan dan dikembangkan oleh Frederick S. Peris. Konseling Gestalt mengemukakan teori mengenai struktur dan perkembangan kepribadian yang mendasari proses konselingnya, serta serangkaian eksperimen yang dapat dipergunakan langsung oleh para penggunanya. Mengenai klien yang menjadi sasarannya, dapat disimpulkan bahwa klien terdiri dari anak-anak, remaja, dewasa, murid sekolah pegawai dan lain sebagainya.
Pendekatan konseling ini berpandangan bahwa manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut. Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
C.     Konsep- Konsep Dasar
1.     Suatu dorongan pokok yang menyebabkan manusia seperti ini adalah dorongan untuk beraktualisasi diri atau dorongan untuk mewujudkan diri.
2.     Perkembangan Kepribadian merupakan hasil perjuangan individu untuk menyeimbangkan keinginan-keinginan yang ada pada dirinya yang seringkali berada dalam konflik.
3.     Keberadaan individu yang normal yaitu kalau ada keseimbangan antara self dan self-image dan melihat keharusan dari lingkungan, serta tuntutan lingkungan, dengan demikian, sebaliknya individu yang salah suai adalah individu yang tidak seimbang antara self dan self-imagenya
D.    Teori Kepribadian
Perkembangan kepribadian
1.      Hakekat manusia, yaitu bahwa manusia
a.       Tidak dapat di pahami, kecuali dalam keseluruhan konteksnya
b.      Merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu
c.       Adalah actor bukan reactor
d.      Berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya
e.       Dapat memilih karena ia sadar
f.       Mampu mengatur dan mengarahkan kehidupannya secara efektif
g.      Hanya mampu mengalami hal-hal yang muncul sekarang
h.      Bukanlah makhluk yang pada dasarnya baik atau jelek
2.      Kekuatan yang memotivasi perkembangan kepribadian :
a.       Dorongan utama individu adalah untuk mencapai :
-          Self actualization
-          Self regulation
b.      Hal tersebut dapat dicapai 3 tahap :
-          Social
-          Psychophysical
-          Spiritual
c.       Melalui 3 proses, yaitu proses tiga A:
-          Adaptation
-          Acknowledgment
-          Approbation
3.      Kepribadian adalah produk dari interaksi antara individu dengan lingkungan yang dipersepsinya.
4.      Kepribadian terdiri dari tiga entitas : self, self-image, dan being.
E.     Tingkah Laku Salah Suai
Perkembangan yang terganggu adalah tidak terjadi keseimbangan antara apa-apa yang harus (self-image) dan apa-apa yang diinginkan (self).
1.       Terjadi pertentangan antara keberadaan sosial dan biologis
2.       Ketidakmampuan individu mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
3.       Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan datang
4.       Melarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapi
Spektrum tingkah laku bermasalah pada individu meliputi :
1.       Kepribadian kaku (rigid)
2.       Tidak mau bebas-bertanggung jawab, ingin tetap tergantung
3.       Menolak berhubungan dengan lingkungan
4.       Memeliharan unfinished bussiness
5.       Menolak kebutuhan diri sendiri
6.       Melihat diri sendiri dalam kontinum “hitam-putih”
1.      Kekurangan kesadaran
2.      Kurangnya tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan.
3.      Tidak ada kontak dengan lingkungan
4.      Ketidakmampuan menyelesaikan gestal
5.       Menolak kebutuhan-kebutuhan diri sendiri yang sebenarnya penting bagi dirinya
6.      Orang yang mengadakan dikotominasi, meletakkan diri sendiri pada posisi dua kutub yang berlawanan.
F.     Tujuan Konseling
1.      Membangun integrasi kepribadian
2.      Mengentaskan individu dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur diri sendiri
3.      Integrasi tidak pernah sempurna, kematangan tidak pernah penuh.
4.      Meningkatkan kesadaran individual.
Tujuan utama konseling Gestalt adalah membantu klien agar berani mengahadapi berbagai macam tantangan maupun kenyataan yang harus dihadapi
Secara lebih spesifik tujuan konseling Gestalt adalah sebagai berikut.
1.       Membantu klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas, serta mendapatkan insight secara penuh.
2.       Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya
3.       Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur diri sendiri (to be true to himself)
4.       Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat beringkah laku menurut prinsip-prinsip Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi dengan baik.
G.     Peranan Konselor  dan Proses Konseling
1.      Peran Konselor
a.       Membangun suasana yang memungkinkan klien menemukan kebutuhan-kebutuhannya sendiri
b.      Mengungkapkan bagian-bagian diri klien yang tunduk dan menyerah terhadap tuntutan lingkungan
c.       Memberikan kesempatan kepada klien untuk berpengalaman bahwa dirinya berkembang.

2.      Proses Konseling
Proses Konseling bersifat aktif, konfrontatif
a.       Memahami kekuatan-kekuatan sendiri
b.      Menggunakan kekuatan itu dalam kehidupan sehari-hari
H.    Teknik Konseling
a.       Teknik Umum :
§  Proses Pengawalan, konselor bersedia membantu tetapi tidak bisa mengubah klien
§  Orientasi sekarang dan disini, merekrontuksi masa lalu atau motif-motif tidak sadar
b.      Memfrustasikan klien, menghadapi klien langsung kepada masalahnya
c.       Teknik eksperiensial, meningkatkan kesadaran klen tentang diri sendiri dan masalah-masalahnya.











Sumber Bacaan
Drs. Taufik, M.Pd. Kons. Model-Model Konseling, Bimbingan dan Konseling UNP, 2009
Prof.Dr.Prayitno, M.Sc.Ed, Konseling Pancawaskita (Kerangka Konseling Elektik) UNP, 1998
Dr. DYP Sugiharto, M.Pd. Pendekatan-Pendekatan Konseling. (Makalah)
Brownell, Philip. 2003. Gestalt Global’s, Gestalt Therapy  diakses tanggal 31 Januari 2008.
Corey, Gerald. 2005. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy
http://akhmadsudrajat.pendekatan-konseling-gestalt
http://www.zonependidikan.co.cc/2010/05/konseling-terapi-gestalt.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar