Senin, 19 September 2016

KONSELING RASIONAL EMOTIF (KOREM)

KONSELING RASIONAL EMOTIF
(KOREM)
1.      Pengantar Konseling Rasional Emotif
Tokoh teori ini adalah Albert Ellis. Para ahli psikologi klinis sering mengkhususkan diri dalam bidang konseling perkawinan dan keluarga. Pada mulanya Ellis mendapat pendidikan dalam psikoanalisa, akan tetapi dalam pengalamannya ia merasa kurang meyakini psikoanalisa yang dianggap ortodoks. Olej karena itu berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya dalam teori belajar behavioral, kemudian ia mengembangkan suatu pendekatan sendiri yang disebut rational emotive therapy (R. E. T) atau terapi rasional emotif.
Ellis memandang bahwa manusia itu bersifat rasional dan juga irasional. Unsur pokok terapi rasional emotif adalah asumsi bahwa berfikkir dan emosi bukan dua proses yang terpisah. Menurut Ellis, pikiran dan emosi merupakan dua hal yang saling bertumpang tindih, dan dalam prakteknya kedua hal itu saling terkait.
Pandangan yang terpenting dari teori rasional emotif ini adalah konsep bahwa banyak perilaku emosional individu yang berpangkal pada “selftalk” atau “omong diri” atau internalisasi kalimat-kalimat yaitu orang yang menyatakan dirinya sendiri tentang pikiran dan emosi negative.
2.      Asumsi Dasar Tentang Manusia
a.       Manusia memiliki kemampuan inheren untuk berbuat secara rasional ataupun tida rasional.
b.      Berfikir dan merasa itu sangat dekat dan bergandengan satu sama lain : fikiran seseorang dapat menjadi perasaannya dan sebaliknya.
c.       Apa yang difikirkan dan dirasakan sekaligus mengambil bentuk self-talk (ST) yang selanjutya menyerahkan individu bertindak rasional atau tidak rasional.
3.      Teori Kepribadian
a.       Perkembangan kepribadian
·         Manusia tercipta dengan :
-          Dorongan yang kuat untuk mempertahankan diri dan memuaskan diri.
-          Kemampuan untuk self-destructuve (SD), hedonis buta, dan menolak aktualisasi diri.
·         Individu sangat mudah dipengaruhi orang lain (suggestible). Keadaan seperti ini terlebih-lebih lagi terjadi pada masa anak-anak.
b.      Mekanisme tingkah laku
·         Berkenaan dengan suatu kejadian atau peristiwa (A) yang diikuti oleh perasaan tidak enak (P) individu memiliki dua kemungkinan (B) : berfikir rasional atau tidak rasional.
·         Cirri-ciri irrational belief (IB) :
-          Tidak dapat dibuktikan
-          Menimbulkan perasaan tidak enak (seperti kecemasan) yang sebenarnya tidak perlu
-          Menghalangi individu kembali ke kejadian awal (A) dan mengubahnya.
4.      Teori A B C D
Teori ini merupakan sentral dari teori praktek konseling rasional emotif. Secara umum teori A-B-C-D- ini antara lain yaitu :
            A         = Activity, or action, or agent yaitu hal-hal situasi, kegiatan atau peristiwa yang
mendahului atau menggerakkan individu (atencedent or activating events). Hal ini berada pada ‘exteral event” atau kejadian diluar atau sekitar individu.
iB        = Irrational Belief, yakni keyakinan-keyakinan irasional atau tidak layak terhadap
kejadiann external (A), terjadi dalam diri individu , yakni apa yang secara terus menerus ia katakana berhubungan dengan A terhadap dirinya.
            rB        = Rational Belief, yakni keyakinan-keyakinan yang rasional atau layak dan secara
empiric mendukung kejadian eksternal.
            iC        = Irrational Consequences, yakni konsekuensi-konsekuensi irasional atau tidak
layak yang dianggap berasak dari A.
            rC        = Rasional Consequences, yakni konsekunsi-konsekuensi rasional atau layak yang
dianggap berasal dari (RB = keyakinan rasional). Proses IC dan RC ialah konsekuensi yang mempengaruhi emosi individu, apakah positif atau negative sebagai hasil dari self verbalisasi.
            D         = Dispute irrational belief, yakni keyakinan-keyakinan irasional dalam diri
individu saling bertentangan (disputing). Proses D ini yaitu suatu proses verbalisasi dalam diri individu apakah valid atau tidak.
            CE       = Cognitive Effect or Disputing, yakni efek kognitif yang terjadi dari
Pertentangan (disputing) dalam keyakinan-keyakinan irasional. Proses CE ini, terjadi perubahan dalam verbalisasi diri pada individu.
            bR       = Behavioral Effect of Disputig, yaitu efek dalam perilaku dari keyakinan-keyaki
nan irasioal diatas. Proses ini menimbulkan terjadinya perubahan perilaku dalam diri individu.
5.      Perkembangan Kepribadian Salah Suai
Perkembangan kepribadian salah suai terjadi apabila iB mencengkram individu antara lain :
a.       Ia membiarkan situasi yang tidak menyenangkan itu berlangsung, meskipun ia tidak menyukainya.
b.      iB itu tidaklah memalukan atau terlalu jelek, meskipun tidak mengenakkan ataupun berguna.
c.       Ia memainkan ‘peranan Tuhan” dengan menyatakan : “kalau saya mau, tentu bisa : dan kalau saya tidak mau, ya tidak akan terjadi:.
d.      Ia berkehendak mengontrol dunia, dan orang yang tidak dapat melakukannya dianggapsebagai orang bodoh atau tidak berguna.
6.      Tujuan Konseling
a.       Mengubah pemikiran yang tidak logis : jika pemikiran yang tidak logis itu diperangi maka klien akan mengubahnya.
b.      Antinya (iB) pada diri klien yang melatar belakangi berbagai kekuatan/kecemasannya, dan menggantinya dengan pemikira yang rasional (rational belief-rB).
7.      Kekuatan/Kelemahan konseling KOREM
Pendekatan RET lebih menekankan pada aspek kognitif dan emotif klien. Pandangan teori ini mengarahkan konselor untuk membantu masalah yang dialami klien melalui upaya penggarapan kedua aspek ini melalui pembuktian-pembuktian yang logis dan rasional. Diyakini juga bahwa tidak semua masalah dapat didekati dengan cara memodifikasi dan membentuk kedua aspek tersebut, factor masa lalu juga sangat berpengaruh, khususnya dalam perkembangan kepribadian yang salah suai, juga factor interaksi social antara individu dengan lingkungan. 
8.      Analisis Kasus Berdasarkan KOREM
a.       Permasalahan emosional hamper selalu terkait dengan perhatian individu yang terlalu besar terhadap apa yang dikatakan orang lain pada dirinya.
b.      Individu yang mengalami perasaan tidak enak (sebagai akibat kejadian A), ia dapat :
·         Rasional : berbuat realistic agar kejadian itu tidak berulang
·         Tidak rasional : meyakinkan diri sendiri akan adanya sejumlah belief yang sebenarnya tidak rasional (iB), dan ia tidak beranjak dari situasi yang dialaminya dengan demikia terjadilah masalah.
c.       iB mencengkram individu :
·         Ia membiarkan situasi yang tidak menyenangkan itu berlangsung, meskipun ia tidak menyukainya.
·         iB itu tidaklah memalukan atau terlalu jelek, meskipun tidak mengenakkan ataupun berguna.
·         Ia memainkan ‘peranan Tuhan” dengan menyatakan : “kalau saya mau, tentu bisa : dan kalau saya tidak mau, ya tidak akan terjadi:.
·         Ia berkehendak mengontrol dunia, dan orang yang tidak dapat melakukannya dianggapsebagai orang bodoh atau tidak berguna.
d.      iB sering mendapat penguatan sepanjang perkembangan individu (oleh orang tua, sekolah, anggota masyarakat dan lembaga-lembaga). Perasaan tidak berdaya anak/individu menjadi pagkal berkembngny iB.
Sumber :
·         Prof. Dr. Prayitno. M. Sc. Ed. 1998. Konseling Pancawaskita. BK. FIP. IKIP Padang.
·         Prof. Dr. H. Mohammad Surya. 2003. Teori-teori Konseling. Bandung : Pustaka Bani Quraisy

·         Drs. Taufik, M. Pd. Kons. 2009. Model-model Konselig. BK. FIP. UNP 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar