MODEL KONSELING PSIKOLOGI INDIVIDUAL
A.
Pengantar
Konseling Psikologi Individual
Model konseling psikologi individual
dipelopori oleh Alfred Alder. Model
konseling psikologi individual di dasarkan atas pandangan holistic mengenai
pribadi manusia. Tiadanya perasaan untuk mendapatkan tempat dan di terima oleh
orang lain merupakan salah satu musibah yang paling hebat terhadap perasaan
manusia
Konseling psikologi individual adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta
didik yang selanjutnya disebut konseling, agar mampu mengembangkan potensi
dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik,
emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).
Konseling
sebagai seorang individu yang sedang berada
dalam proses berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah
kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, konseling memerlukan bimbingan karena mereka masih
kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga
pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu
keniscayaan bahwa proses perkembangan konseling tidak selalu berlangsung secara
mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak
selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan
dan nilai-nilai yang dianut
B.
Dasar-Dasar
Kepribadian
Menurut
Gerald corey (91988), Alder memandang kepribadian manusia sebagai berikut:
1. Kepribadian
individu di landasi oleh motivasi untuk hidup
a. Motivasi
bertanggung jawab secara social
Alder
melihat bahwa individu termotifasi dalam hidupnya adalah untuk mewujudkan
tanggung jawab social. Menurut Alder (dalam Rochman Natawidjaya, 1987),
perjuangan yang paling penting dari manusia adalah perjuangan untuk mencapai
keberartian yang merupakan gerakan kearah pemenuhan tujuan untuk mencapai
keberartian yang merupakan gerakan ke arah pemenuhan tujuan. Menurut Agus
Suyanto (1980), dorongan ini akan tampak dalam bentuk keinginan bekerjasama,
berkelompok, berhubungan social, hubungan antar pribadi, atau termasuk dalam
organisasi, dan sebagainya. Alder juga berpendapat bahwa dorongan bertanggung
jawab secara social itu merupakan potensi dasar yang di bawa semenjak lahir,
dan manusia tersebut memang pada dasarnya adalah makhluk social.
b. Motivasi
untuk mencapai sesuatu
Sigmudnd
Freud beranggapan bahwa tingkah laku seseorang di tentukan oleh kebutuhan dari
dala, sedangkan menurut Alder yang terpenting adalah interaksinya dengan
lingkungannya. Kepribadian individu di tentukan oleh tiga hal, yaitu pembawaan,
lingkunga, dan interaksi antara pembawaan dan lingkungan
1. Manusia
tidak semata-mata bertujuan memuaskan dorongan-dorongannya, tetapi secara jelas
juga termotivasi untuk melaksankan:
a. Tanggung
jawab social
b. Pemenuhan
kebutuhan untuk mencapai sesuatu
2. Tingkah
laku individu di tentukan oleh:
a. Lingkungan
b. Pembawaan
c. Individu
itu sendiri
3. Tingkah
laku tidak ditentukan oleh kejadian yang di luar individu, melainkan oleh
bagaimana individu mempersepsi dan menginterpretasikan kejadian itu:
a. Persepsi
dan interpretasi itu membentuk fiksi yang menjadi tujuan tingkah laku individu
fictional gool
b. Life
gool, fictional goal menjadi arah dari tingkah laku individu untuk mengatasi
kelemahannya dalam menghadapi dunianya
c. Life
style,life goal yang menjadi arah tingkah laku itu lebih jauh akan membentuk Is
d. Social
interest, manusia di lahirkan sebagai tingkah laku social
C.
Perkembangan
Kepribadian
Alder meyakini bahwa setiap orang
dilahirkan dengan dilengkapi “feeling of inferiority” (rasa rendah diri), namun
dibalik itu ada dorongan untuk menjadi superiority (rasa rendah diri lebih).
Manusia termotifasi untuk menguasai situasi hidupnya sehingga dia merasa puas
dan dapat menunjukkan keunggulannya, paling sedikit dalam bayangannya sendiri
(Winkel,1991). Menurut Rochman Natawidjaya (1987), perasaan rendah diri itu
dapat merupakan sumber kreatifitas, tujuan hidup adalah kesempurnaan dan ukuran
kesenangan. Gerald Corey (1988), menguraikan bahwa orang mencoba mengatasi
inferioritas dasarnya dengan kekuasaan
1. Perkembangan
kepribadian menurut buku Pancawaskita
a. Dasar
kepribadian terbentuk pada usia empat, lima tahun pertama
b. Pada
awalnya manusia di lahirkan dengan feeling of inferiority yang selanjutnya
menjadi dorogan bagi perjuangannya ke arah (fos)
c. Anak-anak
menghadapi lingkungannya dengan kemampuan dasarnya dan menginterpertasikan
lingkungannya itu
d. Dalam
pada itu social interestnya pun berkembang
e. Selanjutnya
terbentuk Is yang unik untuk masing-masing individu
1. Self
determenistik
2. Teleologis
3. Holistic
f. Sekali
terbentuk Is sukar untuk mengubah perubahannya akan membawa kepedihan
2. Individu
sukar menyadari sepenuhnya Is sendiri untuk menjelaskannya biasanya di perlukan
orang lain
Komponen
Konsep Diri. Konsep diri memiliki 3 komponen yang sangat penting karena akan
mempengaruhi hidup kita mulai saat kecil hingga sekarang, komponen pengembangan
kepribadian tersebut antara lain :
1.
Diri Ideal, Dalam
konteks dunia pendidikan, diri ideal yang sering ditetapkan orang tua adalah
anak harus mendapat nilai sempurna (100 atau A). dalam setiap ujian
2. Citra Diri, Anda akan selalu bertindak atau
bersikap sesuai dengan gambar yang muncul dalam cermin/citra diri anda.
3. Harga Diri, Semakin anda menyukai diri anda,
menerima diri anda, & hormat pada diri anda sendiri sebagai seorang yang berharga
& bermakna, maka semakin tinggi harga diri anda
D.
Perkembangan
Kepribadian Salah Suai
a. Perkembangan
kepribadian abnormal
Pada
dasarnya keabnormalan kepribadian seseorang di sebabkan oleh inferiority yang
tidak di tanggulangi dengan baik atau di besar-besarkan serta berlangsung
secara tidak wajar akan dapat menimbulkan bibit ketidak normalan, apalagi di
barengi dengan:
1. Kecacatan
fisik maupun mental
2. Perlakuan
orang tua yang tidak wajar
3. Apabila
anak di telantarkan
Menurut Gerald
Corey (91988),Adler menekankan jenis-jenis pengaruh awal yang menyebabkan anak
mengebangkan gaya hidup yang keliru. Keadaan ini akan dapat
membentukfiksi-fiksinegatif
E.
Tujuan
Dan Proses Konseling
a. Tujuan konseling
Berdasarkan perkembangan kepribadian
yang abnormal dan tingkah laku salah suai dapat di rumuskan tujuan konseing
sebagai berikut:
1. Mengubah
konsep tentang diri klien sendiri, Individu yang mengalami masalah sebetulnya
di sebabkan oleh karena konsep diri yang di milikinya negative, dalam arti dia
sering melihat dirinya sesuai dengan keaadaan yang sebenarnya. Cara yang
dilakukan adalah mengubah persepsi terhadap diri sendiri maupun orang lain
2. Melalui
pengubahan konsep diri sendiri, di harapkan akan dapat berubah pula fisiknya
3. Dari
perubahan fisiknya di harapkan akan berubah pula gaya hidup dan akhir dapat di
ubah tingkah lakunya
Tujuannya
menurut buku pancawaskita
1. Membantu
klien mengubah konsepp tentang diri sendiri
a. menstruktur
dan menyadari Is klien
b. mengurangi penilaian negative tentang diri
sendiri dan perasaan inferiornya
2. Mengoreksi
persepsi klien tentang lingkungannya dan mengembangkan tujuan-tujuan baru yang
hendak dicapai melalui tingkah laku baru klien
3. Membangun
kembali si klien
b. Proses
konseling
Pada
waktu penyelenggaraan konseling, konselor mestinya berusaha mengumpulkan
informasi tentang kehidupan masa lalu klien terutama pada masa balita klien. Kegunaan
informasi ini menurut WS Winkel (1991) untuk menemukan feeling of inferiority
yang mungkin masih bertahan sampai masa sekarang dan untuk keperluan menemukan
usaha-usaha guna menutupi perasaan rendah diri itu melalui bentuk
kompetensi. Sejumlah aspek yang perlu di
pahami oleh konselor, di rekomendasikan oleh Hansen (1977) sebagai berikut:
1. Tingkah
laku holistik (yaitu tingkah laku yang ada
sangkut pautnya atau tidak berdiri sendiri), hanya dapat di mengerti dalam
kesatuannya
2. Pentingnya suatu tingkah laku itu tergantung pada
hubungan dengan akibat yang di timbulkannya, dalam proses konseling tidak semua tingkah
laku di telusuri namun konselor hanya mengungkapkan bagian penting
3. Sebagai makhluk sosial, tingkah laku individu itu hanya
bisa di mengerti dalam kaitan dengan hal-hal yang bersifat sosial
4. Motivasi individu hanya dapat dimengerti dengan baik
apabila di pandang dari bagaimana individu mencari pengakuan dari orang lain
akan tingkah laku yang di tampilkannya
5. Tingkah laku individu selalu di arahkan pada tujuan
tertentu
6. Rasa memiliki dan di miliki adalah sesuatu yang mendasar
bagi kebaradaan manusia
Untuk
itu kiranya ada beberapa hal yang kiranya dapat di pedomani oleh konselor
menurut Hansen (1977) adalah sebagai berikut:
1. Harus berwujud hubungan sosial yang akrab antara konselor
dan klien, dan jangan sampai terjadi kesalah pahaman atau pertenngkaran
2. Konselor hendaknya mendengar dan memahami dengan lembut
apa-apa yang di sampaikan klien
3. Proses konseling hendaklah melalui tahap-tahap berikut:
a. Konselor mencoba berusaha untuk mengerti tujuan-tujuan
hidup dan gaya hidup klien yang masih dianutnya sampai saat proses konseling
berlangsung
b. Kemudian konselor berusaha menganalisis dan menafsirkan
tingkah laku klien, diharapkan klien dapat mengerti tujuan tingkah lakunya
menentukan sikap dan pikiran-pikirannya yang selama ini negatif
c. Menganalisis permasalahan itu dalam kaitannya dengan
minat sosial klien, sebagaimana yang diharapkan dengan cara pengalaman dari
kontak cinta (loving contax) dengan orang lain
Proses konseling:
1. Membangun
hubungan yang baik antara klien dengan konselor
a. Konselor
mampu berkomunikasi dengan baik
b. Objektif
c. Mampu
mendengarkan dengan baik
2. Tiga
tahap dalam proses konseling
a. Mengembangkan
pemahaman tentang Ig dan Is klien
b. Menginterpretasikan
tingkah laku klien menyadari bagaimana tujuan-tujuannya
c. Apabila
kesadaaran tersebut muncul di kembangkanlah si klien
F.
Teknik Konseling
Konseling psikologi individual
tidak merumuskan teknik khusus, namun dalam berbagai literatur hanya di
sarankan sejenis pedoman umum/teknik umum yang dapat memandu konselor dalam
konseling. Hansen merumuskan teknik tersebut sebagai berikut:
1.
Menganalisis gaya
hidup klien
a.
Konselor harus
sampai pada kenyataan tentang faktor-faktor yang meyakinkan akan mempengaruhi
kepribadian klien sampai dia mengalami masalah saat konseling berlangsung
b.
Pemahaman yang
sebenarnya tentang pola-pola tingkah laku
selama ini secara nyata, untuk menemukan kessenjangan
c.
Konselor harus
sampai dapat memperbandingkan konstelasi (keadaan) keluarga dimana klien hidup
dengan yang seharusnya
d.
Konselor harus bisa
menyampaikan penafsirannya kepada klien,
2.
Menginterprestasikan
ingatan-ingatan masa lampau yang lebih ada kaitannya dengan kondisi sekarang,
yaitu keadaan pada waktu berumur di bawah 10 tahun
3.
Dengan penafsiran
tersebut di harapkan persepsi klien berubah, dan pada akhirnya dia dapatmengubah
tingkah lakunya
Teknik konseling
1. Analisis
Is:
a. Memahami
cacat fisik dan mental
b. Memahami
tingkah l.aku klien
c. Memahami
pola asuh orang tua dimana klien di besarkan
d. Interpretasi
yang tajam
2. Interpretasi
early recollections, konselor mendiskusikan dengan ingatan/kenagan-kenangan
klien dimasa lampau
3. Interpretasi,
setelah klien menyadari berbagai hal tentang dirinya
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Drs. Taufik, M.Pd. Kons.
Model-Model Konseling, Bimbingan dan Konseling UNP, 2009
Prof.Dr.Prayitno, M.Sc.Ed,
Konseling Pancawaskita (Kerangka Konseling Elektik) UNP, 1998
DYP Sugiharto, Dr. , M.Pd.
Pendekatan-Pendekatan Konseling. (Makalah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar