Senin, 19 September 2016

MODEL KONSELING PSIKOLOGI INDIVIDUAL

MODEL  KONSELING PSIKOLOGI INDIVIDUAL

A.    Pengantar Konseling Psikologi Individual
Model konseling psikologi individual dipelopori  oleh Alfred Alder. Model konseling psikologi individual di dasarkan atas pandangan holistic mengenai pribadi manusia. Tiadanya perasaan untuk mendapatkan tempat dan di terima oleh orang lain merupakan salah satu musibah yang paling hebat terhadap perasaan manusia
Konseling psikologi individual adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseling, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).
Konseling  sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, konseling  memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan konseling tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut

B.     Dasar-Dasar Kepribadian
Menurut Gerald corey (91988), Alder memandang kepribadian manusia sebagai berikut:
1.      Kepribadian individu di landasi oleh motivasi untuk hidup
a.       Motivasi bertanggung jawab secara social
Alder melihat bahwa individu termotifasi dalam hidupnya adalah untuk mewujudkan tanggung jawab social. Menurut Alder (dalam Rochman Natawidjaya, 1987), perjuangan yang paling penting dari manusia adalah perjuangan untuk mencapai keberartian yang merupakan gerakan kearah pemenuhan tujuan untuk mencapai keberartian yang merupakan gerakan ke arah pemenuhan tujuan. Menurut Agus Suyanto (1980), dorongan ini akan tampak dalam bentuk keinginan bekerjasama, berkelompok, berhubungan social, hubungan antar pribadi, atau termasuk dalam organisasi, dan sebagainya. Alder juga berpendapat bahwa dorongan bertanggung jawab secara social itu merupakan potensi dasar yang di bawa semenjak lahir, dan manusia tersebut memang pada dasarnya adalah makhluk social.
b.      Motivasi untuk mencapai sesuatu
Sigmudnd Freud beranggapan bahwa tingkah laku seseorang di tentukan oleh kebutuhan dari dala, sedangkan menurut Alder yang terpenting adalah interaksinya dengan lingkungannya. Kepribadian individu di tentukan oleh tiga hal, yaitu pembawaan, lingkunga, dan interaksi antara pembawaan dan lingkungan
1.      Manusia tidak semata-mata bertujuan memuaskan dorongan-dorongannya, tetapi secara jelas juga termotivasi untuk melaksankan:
a.       Tanggung jawab social
b.      Pemenuhan kebutuhan untuk mencapai sesuatu
2.      Tingkah laku individu di tentukan oleh:
a.       Lingkungan
b.      Pembawaan
c.       Individu itu sendiri
3.      Tingkah laku tidak ditentukan oleh kejadian yang di luar individu, melainkan oleh bagaimana individu mempersepsi dan menginterpretasikan kejadian itu:
a.       Persepsi dan interpretasi itu membentuk fiksi yang menjadi tujuan tingkah laku individu fictional gool
b.      Life gool, fictional goal menjadi arah dari tingkah laku individu untuk mengatasi kelemahannya dalam menghadapi dunianya
c.       Life style,life goal yang menjadi arah tingkah laku itu lebih jauh akan membentuk Is
d.      Social interest, manusia di lahirkan sebagai tingkah laku social


C.    Perkembangan Kepribadian
Alder meyakini bahwa setiap orang dilahirkan dengan dilengkapi “feeling of inferiority” (rasa rendah diri), namun dibalik itu ada dorongan untuk menjadi superiority (rasa rendah diri lebih). Manusia termotifasi untuk menguasai situasi hidupnya sehingga dia merasa puas dan dapat menunjukkan keunggulannya, paling sedikit dalam bayangannya sendiri (Winkel,1991). Menurut Rochman Natawidjaya (1987), perasaan rendah diri itu dapat merupakan sumber kreatifitas, tujuan hidup adalah kesempurnaan dan ukuran kesenangan. Gerald Corey (1988), menguraikan bahwa orang mencoba mengatasi inferioritas dasarnya dengan kekuasaan
1.      Perkembangan kepribadian menurut buku Pancawaskita
a.       Dasar kepribadian terbentuk pada usia empat, lima tahun pertama
b.      Pada awalnya manusia di lahirkan dengan feeling of inferiority yang selanjutnya menjadi dorogan bagi perjuangannya ke arah (fos)
c.       Anak-anak menghadapi lingkungannya dengan kemampuan dasarnya dan menginterpertasikan lingkungannya itu
d.      Dalam pada itu social interestnya pun berkembang
e.       Selanjutnya terbentuk Is yang unik untuk masing-masing individu
1.      Self determenistik
2.      Teleologis
3.      Holistic
f.       Sekali terbentuk Is sukar untuk mengubah perubahannya akan membawa kepedihan
2.      Individu sukar menyadari sepenuhnya Is sendiri untuk menjelaskannya biasanya di perlukan orang lain
Komponen Konsep Diri. Konsep diri memiliki 3 komponen yang sangat penting karena akan mempengaruhi hidup kita mulai saat kecil hingga sekarang, komponen pengembangan kepribadian tersebut antara lain :
1. Diri Ideal, Dalam konteks dunia pendidikan, diri ideal yang sering ditetapkan orang tua adalah anak harus mendapat nilai sempurna (100 atau A). dalam setiap ujian
2. Citra Diri, Anda akan selalu bertindak atau bersikap sesuai dengan gambar yang muncul dalam cermin/citra diri anda.
3. Harga Diri, Semakin anda menyukai diri anda, menerima diri anda, & hormat pada diri anda sendiri sebagai seorang yang berharga & bermakna, maka semakin tinggi harga diri anda

D.    Perkembangan Kepribadian Salah Suai
a.       Perkembangan kepribadian abnormal
Pada dasarnya keabnormalan kepribadian seseorang di sebabkan oleh inferiority yang tidak di tanggulangi dengan baik atau di besar-besarkan serta berlangsung secara tidak wajar akan dapat menimbulkan bibit ketidak normalan, apalagi di barengi dengan:
1.      Kecacatan fisik maupun mental
2.      Perlakuan orang tua yang tidak wajar
3.      Apabila anak di telantarkan
Menurut Gerald Corey (91988),Adler menekankan jenis-jenis pengaruh awal yang menyebabkan anak mengebangkan gaya hidup yang keliru. Keadaan ini akan dapat membentukfiksi-fiksinegatif

E.     Tujuan Dan Proses Konseling
a.       Tujuan  konseling
Berdasarkan perkembangan kepribadian yang abnormal dan tingkah laku salah suai dapat di rumuskan tujuan konseing sebagai berikut:
1.      Mengubah konsep tentang diri klien sendiri, Individu yang mengalami masalah sebetulnya di sebabkan oleh karena konsep diri yang di milikinya negative, dalam arti dia sering melihat dirinya sesuai dengan keaadaan yang sebenarnya. Cara yang dilakukan adalah mengubah persepsi terhadap diri sendiri maupun orang lain
2.      Melalui pengubahan konsep diri sendiri, di harapkan akan dapat berubah pula fisiknya
3.      Dari perubahan fisiknya di harapkan akan berubah pula gaya hidup dan akhir dapat di ubah tingkah lakunya

Tujuannya menurut buku pancawaskita
1.      Membantu klien mengubah konsepp tentang diri sendiri
a.       menstruktur dan menyadari Is klien
b.       mengurangi penilaian negative tentang diri sendiri dan perasaan inferiornya
2.      Mengoreksi persepsi klien tentang lingkungannya dan mengembangkan tujuan-tujuan baru yang hendak dicapai melalui tingkah laku baru klien
3.      Membangun kembali si klien
b.      Proses konseling
Pada waktu penyelenggaraan konseling, konselor mestinya berusaha mengumpulkan informasi tentang kehidupan masa lalu klien terutama pada masa balita klien. Kegunaan informasi ini menurut WS Winkel (1991) untuk menemukan feeling of inferiority yang mungkin masih bertahan sampai masa sekarang dan untuk keperluan menemukan usaha-usaha guna menutupi perasaan rendah diri itu melalui bentuk kompetensi.  Sejumlah aspek yang perlu di pahami oleh konselor, di rekomendasikan oleh Hansen (1977) sebagai berikut:
1.      Tingkah laku holistik (yaitu tingkah laku yang ada sangkut pautnya atau tidak berdiri sendiri), hanya dapat di mengerti dalam kesatuannya
2.      Pentingnya suatu tingkah laku itu tergantung pada hubungan dengan akibat yang di timbulkannya, dalam proses konseling tidak semua tingkah laku di telusuri namun konselor hanya mengungkapkan bagian penting
3.      Sebagai makhluk sosial, tingkah laku individu itu hanya bisa di mengerti dalam kaitan dengan hal-hal yang bersifat sosial
4.      Motivasi individu hanya dapat dimengerti dengan baik apabila di pandang dari bagaimana individu mencari pengakuan dari orang lain akan tingkah laku yang di tampilkannya
5.      Tingkah laku individu selalu di arahkan pada tujuan tertentu
6.      Rasa memiliki dan di miliki adalah sesuatu yang mendasar bagi kebaradaan manusia
Untuk itu kiranya ada beberapa hal yang kiranya dapat di pedomani oleh konselor menurut Hansen (1977) adalah sebagai berikut:
1.      Harus berwujud hubungan sosial yang akrab antara konselor dan klien, dan jangan sampai terjadi kesalah pahaman atau pertenngkaran
2.      Konselor hendaknya mendengar dan memahami dengan lembut apa-apa yang di sampaikan klien
3.      Proses konseling hendaklah melalui tahap-tahap berikut:
a.       Konselor mencoba berusaha untuk mengerti tujuan-tujuan hidup dan gaya hidup klien yang masih dianutnya sampai saat proses konseling berlangsung
b.      Kemudian konselor berusaha menganalisis dan menafsirkan tingkah laku klien, diharapkan klien dapat mengerti tujuan tingkah lakunya menentukan sikap dan pikiran-pikirannya yang selama ini negatif
c.       Menganalisis permasalahan itu dalam kaitannya dengan minat sosial klien, sebagaimana yang diharapkan dengan cara pengalaman dari kontak cinta (loving contax) dengan orang lain
Proses  konseling:
1.      Membangun hubungan yang baik antara klien dengan konselor
a.       Konselor mampu berkomunikasi dengan baik
b.      Objektif
c.       Mampu mendengarkan dengan baik
2.      Tiga tahap dalam proses konseling
a.       Mengembangkan pemahaman tentang Ig dan Is klien
b.      Menginterpretasikan tingkah laku klien menyadari bagaimana tujuan-tujuannya
c.       Apabila kesadaaran tersebut muncul di kembangkanlah si klien

F.     Teknik Konseling
Konseling psikologi individual tidak merumuskan teknik khusus, namun dalam berbagai literatur hanya di sarankan sejenis pedoman umum/teknik umum yang dapat memandu konselor dalam konseling. Hansen merumuskan teknik tersebut sebagai berikut:
1.      Menganalisis gaya hidup klien
a.       Konselor harus sampai pada kenyataan tentang faktor-faktor yang meyakinkan akan mempengaruhi kepribadian klien sampai dia mengalami masalah saat konseling berlangsung
b.      Pemahaman yang sebenarnya tentang pola-pola tingkah laku  selama ini secara nyata, untuk menemukan kessenjangan
c.       Konselor harus sampai dapat memperbandingkan konstelasi (keadaan) keluarga dimana klien hidup dengan yang seharusnya
d.      Konselor harus bisa menyampaikan penafsirannya kepada klien,
2.      Menginterprestasikan ingatan-ingatan masa lampau yang lebih ada kaitannya dengan kondisi sekarang, yaitu keadaan pada waktu berumur di bawah 10 tahun
3.      Dengan penafsiran tersebut di harapkan persepsi klien berubah, dan pada akhirnya dia dapatmengubah tingkah lakunya
Teknik konseling
1.      Analisis Is:
a.       Memahami cacat fisik dan mental
b.      Memahami tingkah l.aku klien
c.       Memahami pola asuh orang tua dimana klien di besarkan
d.      Interpretasi yang tajam
2.      Interpretasi early recollections, konselor mendiskusikan dengan ingatan/kenagan-kenangan klien dimasa lampau
3.      Interpretasi, setelah klien menyadari berbagai hal tentang dirinya





DAFTAR KEPUSTAKAAN

Drs. Taufik, M.Pd. Kons. Model-Model Konseling, Bimbingan dan Konseling UNP, 2009
Prof.Dr.Prayitno, M.Sc.Ed, Konseling Pancawaskita (Kerangka Konseling Elektik) UNP, 1998
DYP Sugiharto, Dr. , M.Pd. Pendekatan-Pendekatan Konseling. (Makalah)














Tidak ada komentar:

Posting Komentar