Senin, 19 September 2016

KONSELING PSIKOANALISIS KLASIK

KONSELING PSIKOANALISIS KLASIK

1.      Pengantar Konseling Psikoanalisis Klasik
Model konseling Psikoanalisis Klasik merupakan model konseling pertama dan diangkat dari pandangan Psikologi dalam Sigmund Freud.
Psikoanalisis terdiri dari dua kata yaitu psiko dan analisis. Psiko secara etimologis artinya psikis atau disebut juga dengan analisa jiwa. Pendekatan Psikoanalisis klasik memang meninjau secara mendalam psikis manusia, tidak hanya meninjau tingkah laku manusia itu dalam kehidupan sehari-hari, tetapi justru melihat dasar-dasar atau latar belakang dari munculnya tingkah tersebut. Oleh karena itu Psikoanalisis Klasik ini sering disebut dengan psikologi dalam (dept psychology).
Secara umum Psikoanalisis merupakan suatu tinjauan baru tentang manusia pada waktu itu, dimana ketidaksadaran memegang peranan penting dalam memahami kepribadian dan tingkah laku manusia.
Freud membedakan arti psikoanalisis menjadi tiga yaitu :
a.       “psikoanalisis” dipakai untuk menunjukkan suatu metode penelitian terhadap proses-proses psikis seperti mimpi, yang sebelumnya tidak terjangkau oleh penelitian-penelitian ilmiah.
b.      Istilah ini menunjukkan juga pada suatu tekhnik untuk mengobati gangguan psikis yang di alami oleh klien-klien yang neurotis.
c.       Istilah yang sama dipakai pula dalam arti lebih luas lagi untuk menunjukkan seluruh pengetahuan psikologis yang diperoleh melalui metode dan tekhnik tersebut di atas.
2.      Asumsi Tentang Manusia
Pandangan tentang manusia dalam pendekatan-pendekatan konseling oleh Sugiharto adalah :
·               Manusia cenderung pesimistik, deterministik, mekanistik dan reduksionistik.
·         Manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatn irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah oleh peristiwaperistiwa psikoseksual yang terjadi pada masa lalu dari kehidupannya.
·         Tingkah laku manusia : (1) ditujukan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan insting-instingnya, (2) dikendalikan oleh pengalaman-pengalaman masa lampau dan ditentutkan oleh faktor-faltor interpersonal dan intrapsikis.

Model konseling Psikoanalisis Klasik memandang tingkah laku manusia didasarkan tiga ansumsi dasar yang dapat mempengaruhi perkembangan pribadi manusia, yaitu :
a.       Lima tahun pertama merupakan saat yang menentukan perkembangan manusia
Jika pada masa balita itu anak memperoleh perilakuan yang kurang baik dan tidak menyenangkan dari orang tua atau dari orang dewasa lainnya maka akan dapat menghambat perkembangan fisik dan psikisnya setelah dia mencapai dewasa. Lebih jauh trauma psikis masa kanak-kanak ini dapat menjadi bibit yang menimbulkan konflik atau tingkah laku neurotis. Banyak ditemukan kasus dalam proses konseling yang masalahnya itu berakar dari pengalaman traumatis di masa balita.  
b.      Dorongan seksual merupakan kunci dalam menentukan tingkah laku individu
Setiap tingkah laku itu didasari oleh dorongna seksual. Dorongan seksual yang dimaksud bukanlah khusus hubungan sek (dalam arti senggema), namun dalam arti yang lebih luas, yaitu dorongan untuk menampilkan kepriaan atau kewanitaan
c.       Tingkah laku individu banyak dikontrol oleh faktor ketidaksadaran
Ini misalnya dengan cara seseorang berbicara, cara duduk, cara berjalan dan kebiasaan-kebiasaan lainnyayang mungkin tingkah laku tersebut diperolehnya dari orang tua atau nenek moyangnya di masa lalu.
3.      Struktur Kepribadian
Freud merumuskan kepribadian menjadi tiga unsur yang terdapat pada diri individu yaitu :
a.       Id
Adalah lapisan psikis yang paling dasar atau dapat dikatakan juga sebagai dorongan dari dalam diri individu berupa kebutuhan-kebutuhan, keinginan dan kehendak. Pada diri seseorang yang merupakan perwujudan dari keberadaan Id adalah nafsu, keinginan seksual dan termasuk juga keinginan untuk berkuasa. Tanpa Id, manusia tidak akan hidup, sebab Id merupakan bagian dari kelengkapan yang sangat diperlukan dalam kehidupan manusia.
Bagian yang termasuk Id adalah instink, dua yang terpenting adalah sek dan agresif, sebab dua-duanya telah dimiliki oleh manusia dari semenjak lahir. Fungsu Id adalah menyenangkan organisme. Dengan demikian Id adalah prinsip kesenangan (the pleasure principle), maksudnya kecenderungan menghindari ketidaksenangan dan sebanyak mungkin memperoleh kesenangan.
Yang sangat penting sekali, bahwasanya sifat dari Id tidak mengadakan perbedaan antara khayalan dan subyektif dan kenyataan obyektif. Untuk Id benda sebagai bayangan dan benda sebagai kenyataan di luar, adalah kenyataan dan bukan satuan yang terpisah.
b.      Ego
Ego merupakan perantara (mediator) antara Id dengan lingkungan. Kegiatannya mengarahkan Id untuk memperoleh sesuatu dalam pemenuhan kebutuhannya.
Aktifitas ego bersifat sadar, pra-sadar dan tidak sadar. Untuk sebagian besar ego bersifat sadar, sebagai contohnya adalah persepsi lahiriyah dan persepsi bathiniah. Contoh aktifitas pra-sadar dapat dikemukakan seperti fungsi ingatan. Adapun aktifitas tak sadar dijalankan dengan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism). Ego dikuasai oleh prinsip realitas, dalam arti ego lebih menekankan bagaimana sesuatu yang dibutuhkan dapat terpenuhi dalam dunia nyata. Dalam perwujudannya, prinsip realitas ini tidak boleh dianggap bertentangan dengan prinsip kesenangan yang disesuaikan dengan kenyataan.
c.       Super Ego
Adalah aspek sosiologis dan aspek moral dari kepribadian seseorang. Super Ego merupakan rambu-rambu yang menjadi petunjuk individu bertingkah laku dalam usaha memenuhi kebutuhan Id-nya.
Super Ego berfungsi untuk menentukan apakah sesuatu itu susila atau tidak, pantas atau tidak pantas, benar atau salah, dan dengan berpedoman kepada isi pribadi akan dapat bertingkah laku sesuai dengan moral-moral yang berlaku di masyarakat.
Super Ego berfungsi melalui hubungan dengan ketiga unsur kepribadian yaitu dengan cara :
1)      Merintangi impuls-impuls Id, terutama impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat.
2)   Mendorong Ego untuk lebih mengejar hal-hal yang bersifat moralistis daripada yang realistis
3)      Mengejar kesempurnaan


4.      Perkembangan Kepribadian yang Salah Suai
Perkembangan Kepribadian
·         Kepribadian individu mulai terbentuk pada tahuan-tahun pertama di masa kanak-kanak.
·         Pada umur 5 tahun struktur dasar kepribadian individu telah terbentuk, pada tahun-tahun berikutnya hanya menghaluskan struktur dasar tersebut
·         Perkembangan kepribadian berkenaan dengan bagaimana individu belajar dengan cara-cara baru dalam mereduksi ketegangan atau kecemasan dialami dalam kehidupannya.
·         Ketegangan atau kecemasan tersebut bersumber pada empat unsur, yaitu (1) proses pertumbuhan fisiologis, (2) frustasi, (3) konflik

Sumber Kepribadian yang salah suai menurut Hansen JC Stevic RR dan Warner (1977) membagi atas dua yaitu :
a.       Ketidaksesuaian dan ketidakefektifan anatara kerja Id, Ego dan Super Ego.
b.      Proses belajar pada masa kanak-kanak yang tidak sesuai atau tidak benar.
Akibat dari ketidakefektifan anatara kerja Id, Ego dan Super Ego ini akan menimbulkan kecemasan pada diri individu, karena mungkin ada yang direpresi, dan yang direpresi itu setiap kali ingin muncul ke dalam kesadaran. Orang yang insompia, selalu cemas dan phobia, lebih banyak disebabkan unsur egonya tidak berjalan dengan baik.
Proses belajar pada masa kanak-kanak yang tidak sesuai atau tidak benar, misalnya anak terlalu banyak mendapat tekanan atau diindoktrinasi dengan nilai-nilai yang amat kaku, dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian, karena hal demikian menimbulkan konflik-konflik dalam diri sendiri.
5.      Tujuan Konseling dan Tekhnik Konseling
a.       Tujuan konseling
Tujuan konseling Pendekatan Psikoanalaisis Klasik adalah menjadikan hal-hal yang tidak disadari klien menjadi disadarinya. Rochman Natawidjaya (1987), menjelaskan lebih lanjut bahwa tujuan konseling itu adalah menata kembali struktur watak dan kepribadian klien. Tujuan itu dicapai dengan membuat konflik-konflik yang tidak dapat disadari menjadi disadari dan dengan menguji dan menjajaki materi yang bersifat intra psikis. Dalam hal ini konselor membantu klien menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak dini dengan menembus konflik-konflik yang direpresi. Setelah pengungkapan materi yang tidak disadari dan mengganggu itu, kemudian konselor berusaha merasionalkan kesan-kesan itu, sehingga klien menyadari bahwa kesan yang dibawanya tersebut tidaklah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Strategi pokok dari konseling Psikoanalisis Klasik ini adalah “khataris”, yaitu usaha melepaskan kesan-kesan yang selalu mendesak dari bawah sadar klien, yang selama ini tidak bisa dilepaskan atau selalu direpresi. Pelepasan kesan-kesan tersebut akan dapat membantu suasana perasaan klien menjadi lega. Untuk itu suasana yang bebas ancaman amat diperlukan dalam kegiatan konseling.
Tujuan konseling dalam pendekatan-pendekatan konseling adalah :
Membantu klien untuk membentuk kembali struktur karakternya dengan menjadikan hal-hal yang tidak disadari menjadi disadari oleh klien.
Secara spesifik :
a.       Membawa klien dari dorongan-dorongan yang ditekan (ketidaksadaran) yang mengakibatkan kecemasan kearah perkembangan kesadaran intelektual.
b.      Menghidupkan kembali masa lalu klien dengan menembus konflik yang direpres.
c.       Memberikan kesempatan kepada klien untuk menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya.
b.      Tekhnik konseling
1.      Assosiasi Bebas
Merupakan alat untuk mengungkapkan bahan-bahan yang terdesak atau yang berada dalam ketidaksadaran klien. Ini merupakan komunikasi mengenai apapun yang melintas dalam ingatan klien, meskipun hal itu menyakitkan, tidak logis dan tidak relavan, tolol atau remeh kedengarannya
Melalui asosiasi bebas, dapat dipanggil kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik di masa lampau. Pelepasan emosi-emosi yang tertahan selama ini disebut juga dengan “katarsis”. Katarsis dapat meredakan ketegangan dalam diri klien sehingga ini berguna untuk memperlancar agar tercapai pemahaman atas kejadian masa lampau atau hal yang tidak disadarinya itu.
Tugas konselor selama proses asosiasi bebas berlangsung adalah mengenali bahan-bahan yang direpresi dan dikurung dalam ketidaksadaran klien. Dan yang terpenting adalah bagaimana konselor dapat menciptakan situasi yang betul-betul bebas, sehingga dengan kebebasan yang dimilikinya, klien akan dapat mengingat masa lalu yang menimbulkan kesan nefatif pada dirinya dan itu merupakan sumber dari tingkah laku salah suainya di masa sekarang.
Cara melakukan asosiasi bebas ini misalnya dengan mempersilahkan klien untuk tidur berbaring, kemudian mengajak klien dan memberikan kesempatan sebebas-bebasnya untuk menceritakan tentang apa saja yang dirasakan atau yang dialaminya di masa lalu.
2.   Analisis Mimpi
Bagi Pendekatan Psikoanalisis, mimpi dianggap penting sebab melalui mimpi dapat diungkapkan kesan-kesan yang direpresi dan mimpi merupakan pemuasan keinginan-keinginan yang tidak dapat dicapai dalam kenyataan. Bagi Freud, analisa tentang mimpi membawa banyak keuntungan, analisa ini dapat meneguhkan hipotesisnya tentang susunan dan berfungsinya hidup psikis dan karena lewat mimpi dapat dibongkar ingatan-ingatan dari masa lampau yang tidak mungkin ditemukan lagi dengan cara lain..
Mimpi memiliki isi yang bersifat ternyakan dan disadari, dan juga bersifat laten atau tersembunyi. Isi yang dinyatakan adalah mimpi sebagai tampak pada diri orang yang mimpi itu, sedangkan ynag laten terdiri dari motif-motif tersamar dan tidak disadari yang menunjukkan makna tersembunyi dari mimpi itu.
Pada pertemuan pertama dalam proses konseling yang diselenggarakan, klien diberi tahu bahwa pembicaraan mengenai mimpi, fantasi dan asosiasi bebas adalah sangat penting untuk menganalisis dan memahami dinamika di belakag pemikiran, perasaan dan perbuatan yang kacau. Tugas konselor selanjutnya adalah menyingkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol yang terdapat pada isi manifes mimpi. Setelah itu konselor dapat menafsirkan isi mimpi yang dikemukakan klien terhadap kesan-kesannya pada seseorang dan dapat juga menghubungkan apa yang dialaminya dalam mimpi dengan yang pernah dialaminya dalam kehidupan masa kecilnya.
3.      Transferensi (pengalihan)
Maksudnya adalah pengalihan objek perasaan pada orang lain, dalam hal ini klien mengarahkan hal apa yang dirasakan dan dimauinya pada konselor, yang selama ini tidak dapat dilakukannya.
Persoalan pokok dalam pengalihan itu adalah distorsi yang didesakkan pada hubungan terpeutik oleh keadaan yang terjadi pada masa lampau, terutama pada masa kanak-kanak tersebut.
Melalui transferensi ini memungkinkan klien mampu memperoleh pemahaman atas sifat dari fiksasi-fiksasi dan depresi-depresinya, dan menyajikan pemahaman tentang pengaruh masa lampau terhadap kehidupannya sekarang.
4.      Penafsiran
Ini digunakan oleh konselor agar klien mampu menggunakan pikiran dan mengfungsikan kemabali kerja ego dan super egonya. Penafsiran dirancang agar klien sedikit demi sedikit dapat menghadapi kenyataan.
Bahan yang ditafsirkan adalah materi yang muncul dari asosiasi bebas, mimpi-mimpi atau dari situasi transferensi. Caranya adalah dengan konselor melakukan tindakan-tindakan dengan menggambarkan, menerangkan bahkan mengajari klien makna-makna tingkah laku yang digambarkan oleh mimpi-mimpi, asosiasi bebas resistensi-resistensi dan oleh hubungan konseling itu sendiri.
Fungsi penafsiran itu adalah mendorong ego klien untuk mensimulasikan bahan-bahan baru dan mempercepat proses penyingkapan bahan tak sadar lebih lanjut. Penafsiran konselor menyebabkan pemahaman dan tidak terhalangnya bahan-bahan yang tidak disadari pada pihak klien.
  1. Kekuatan dan Kelemahan KOPSAK
Keterbatasan pendekatan
1)      Pandangan yang terlalu determistik dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan.
2)      Terlalu banyak menekankan kepada masa kanakkanak dan menganggap kehidupan seolah-olah ditentukan oleh masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolaholah tanggung jawab individu berkurang.
3)      Cenderung meminimalkan rasionalitas.
4)      Data penelitian empiris kurang banyak mendukung system dan konsep psikoanalisis, seperti konsep tentang energi psikis yang menentukan tingkah laku manusia.



Sumber :
Taufik. 2002. Model-model Konseling. Padang : FIP UNP
DYP Sugiharto. Pendekatan-pendekatan konseling. Universitas negeri semarang




























Tidak ada komentar:

Posting Komentar