HIPOTESIS
A. Pengertian Hipotesis
Apabila ditinjau
secara etimologi, hipotesis adalah perpaduan dua kata dari hypo dan thesis, hypo berarti
kurang dari dan thesis adalah
pendapat atau thesa. Oleh karena itu, secara harfiah hipotesis dapat diartikan sebagai
suatu pernyataan yang belum merupakan suatu pendapat; suatu kesimpulan
sementara; suatu pendapat yang belum final, karena masih harus dibuktikan
kebenarannya. Menurut A.Muri Yusuf (2005:162) hipotesis adalah suatu dugaan
sementara, suatu thesa sementara yang harus dibuktikan kebenarannya melalui
penyelidikan ilmiah. Seraya dengan itu menurut Nachmias (dalam A Muri Yusuf,
2005:163) hipotesis merupakan jawaban tentatif terhadap masalah-masalah
penelitian, jawaban itu dinyatakan dalam bentuk hubungan antara variabel bebas
dan variabel terikat.
Hipotesis dapat
juga dikatakan kesimpulan sementara, merupakan suatu konstruk yang masih perlu
dibuktikan, suatu kesimpulan yang belum teruji kebenarannya. Namun perlu
digaris bawahi bahwa apa yang dikemukakan dalam hipotesis adalah dugaan
sementara yang dianggap besar kemungkinannya menjadi jawaban yang benar. Dari
sisi lain dapat pula dikatakan bahwa hipotesis dalam penelitian merupakan
jawaban sementara atas pertanyaan atau masalah yang diajukan dalam penelitian.
Utnuk dapat
mengungkapkan hipotesis dengan benar,
penliti harus memahami terlebih dahulu pola hubungan yang terdapat dan mungkin
terjadi, atau tipe hubungan di antara varibel yang diteliti. Sekurang-kurangnya
ada tiga tipe hubungan dengan penelitian: Hubungan
pertama, yang menunjukkan dan dapat dikatakan pengaruh, yaitu hubungan yang
bersifat asymetris. Hubungan kedua, tidak
menyatakan pengaruh yaitu hubungan yang bersifat symetris Hubungan ketiga, yaitu reciprocal.
B. Teori dan Hipotesis
Teori merupakan
pegangan pokok dalam menentukan dalam setiap unsur penelitian, mulai dari
penentuan masalah sampai dengan penyusunan laporan penelitian. Dalam mentukan
masalah, peneliti terlebih dahulu berpaling pada eori yang ada, membaca kembali
temuan-temuan penelitian dan kelemahan-kelemahan yang ada, melihat realita
dalam masyarakat dan kemudian merumuskan dalam bentuk masalah baru yang perlu
dikaji secara ilmiah melalui penelitian.
Hipotesis
merupakan dugaan yang kuat atau jawaban yang bersifat tentative terhadap suatu
masalah. Sebagai suatu dugaan yang kuatdan mungkin benar serta perlu
dibuktikan, maka hipotesis seyogyanyalah bersandar pada teori yang telah
mempunyai kekuatan dan pengakuan masyarakat ilmiah. Tanpa menggunakan teori-teori
yang benar dan terpercaya, penalaran tentang kemungkinan jawaban sementara
tentang suatu masalah tidak kuat, kurang terarah dan “ngawur” shingga hipotesis yang disusun tidak menemui
sasaran.
Berikut diagram
hubungan Teori dengan Hipotesis.
![]() |
C. Kriteria Penyusunan
Hipotesis
Hipotesis yang
benar akan memberikan arah yang tepat dalam penelitian, sebaliknya penyusunan
hipotesis yang tidak benar dapat menimbulkan “bias” pada hasil penelitian.
Menurut A. Muri Yusuf (2005:172) ada dua kesalahan yang sering ditemukan dalam
pembuktian suatu hipotesis dalam penelitian yaitu:
1.
Kesalahan tipe pertama (Type one error), adalah terterima
hipotesis yang sebenarnya harus ditolak
2.
Kesalahan tipe kedua (Type two error), adalah menolak
hipotesis yang seharusnya diterima.
Kedua tipe kesalahan tersebut, banyak terkait dengan
teknik pembuktian hipotesis. Disamping itu, ada lagi kesalahan tipe ketiga
yaitu pembuktian secara benar tetapi masalah yang salah (solving the wrong problem).
Menurut A. Muri
Yusuf (2005:173) ada beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam perumusan dan
penyusunan hipotesis secara benar:
1.
Hipotesis hendaklah
menyatakan hubungan dua varibel atau lebih
2.
Variabel-variabel dalam
hipotesis harus jelas secara konseptual
3.
Dapat di uji secara
empiris
4.
Hipotesis hendaklah
spesifik
5.
Hipotesis yang disusun
hendaklah dapat dibuktikan dengan teknik yang tersedia
6.
Hipotesis hendaklah
bersumber dari atau dihubungkan dengan teori
7.
Hipotesis adalah bebas
nilai-nilai
8.
Hipotesis hendaklah
dirumuskan dalam bentuk pernyataan, sederhana, dan operasional
D. Jenis Hipotesis
Menurut A. Muri
Yusuf (2005:176) pada hakikatnyahanya ada dua jenis hipotesis yaitu:
Pertama
menyatakan: “jika ada suatu faktor dalam
suatu kejadian atau situasi maka akan menimbulkan akibat atau pengaruh”.
Hipotesis ini disebut juga dengan hipotesis kerja. Pernyataan hipotesis seperti
ini akan memudahkan dan mengarahkan peneliti menetapkan variabel bebas dan
variabel terikat yang akan diukur. Secara umu pernyataan hipotesis jenis
pertama ini, dituangkan dalam bentuk:
Jika……………………………………maka………………..…………………
atau
Makin…………………………………makin…………………………………..
atau
Terdapat pengaruh……………………terhadap………………………………..
atau
Terdapat perbedaan yang berarti
antara……………..…dengan……………….
Contoh: Makin tinggi
motivasi belajar makin baik prestasi
belajar
Jika frekuensi latihan
mengajar ditingkatkan maka keterampilan
mengajar meningkat
Kedua,
menyatakan; “tidak ada perbedaan”.
Hipotesis ini disebut juga dengan hipotesis nihil atau hipotesis nol. Dalam
hipotesis nihil ini tidak ada perbedaan antara kedua objek yang diteliti.
Andaikata ada perbedaan maka hipotesis nihil ditolak.
Contoh: Tidak ada perbedaan pengaruh penggunaan
metode diskusi dan experiment dalam mengajar terhadap prestasi belajar siswa
laki-laki dan siswi perempuan.
Sumber:
A
Muri Yusuf. 2005. Metodologi Penelitian (Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah). Padang:
UNP Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar