Senin, 19 September 2016

KONSELING SELF (KONSELF)

KONSELING SELF (KONSELF)

A.    Pengantar
Ahli dari konseling self ini adalah Carl Ransom Rogers lahir pada tahun 1902. Pendekatan Rogers di dasari dengan anggapan bahwa:
1.    Bahwa klien lah yang berhak menentukan tujuan hidupnya, bukan konselor
2.    Tiap individu bisa berdiri sendiri dan berusaha untuk memecahkan masalahnya sendiri.

B.     Asumsi tentang Manusia
a.       Manusia adalah rasional, tersosialisasikan dan dapat menentukan nasibnya sendiri
b.      Dalam kondisi yang memungkinkan, manusia akan mampu mengarahkan diri sendiri, maju, dan menjadi individu yang positif dan konstruktif
Menerima klien tanpa syarat (apa adanya).
Rogers menekankan pandangan bahwa tingkah laku manusia hanya dapat dipahami dari bagaimana dia mamandang realita secara subjektif. Pendekatan ini disebut humanistik, karena sangat menghargai individu sebagai organisme yang potensial. Setiap orang memiliki potensi untuk berkembang mencapai aktualisasi diri. Rogers juga mengemukakan 19 rumusan pandangan mengenai hakekat pribadi (self). Alwisol (2006: 317) 
C.    Struktur Kepribadian
a.       Struktur kepribadian meliputi komponen OLS:
1.      Organisme:
a.       Merupakan keseluruhan dari seseorang keberadaan pikirannya, tingkah lakunya, dan jasmaniyahnya. Orgasme bertindak sebagai suatu kesatuan dalam memenuhi kebutuhannya.
b.      Kebutuhan dasar adalah beraktualisasi, yaitu: dorongan untuk membesar, meluas, berkembang dan matang.
c.       Organisme mendambakan berkembang secara penuh dan terbebas dari kontrol eksternal
d.      Organisme bertindak dalam kesadaran
2.      Lapangan fenomenal: segala sesuatu yang dialami seseorang baik yang bersifat eksternal maupun internal, yaitu hal-hal yang dipersepsinya dan yang dianggapnya penting
3.      Self: bagian dari lapangan fenomenal yang meliputi persepsi dan nilai-nilai tentang diri sendiri (“aku”)
b.      Kepribadian:
1.      Merupakan hasil dari interaksi terus menerus antara organisme, lapangan fenomenal dan self
2.      Selalu dalam keadaan berkembang
c.       Perkembangan Kepribadian
1.      Organisme valuing process (OVP) : proses penilaian (sejak bayi dan berlangsung terus menerus)
2.      Positive regard from others (PRO) : proses mengadopsi nilai-nilai dari orang lain --- selanjutnya, menilai diri sendiri berdasarkan penialaian orang lain.
3.      Self regard (SRG) : pandangan terhadap diri sendiri didasarkan pada persepsinya akan penilaian orang lain terhadap dirinya. Dalam hal ini individu menilai tingkah lakunya sendiri berdasarkan penilaian orang lain, tanpa peduli apakah menurut diri sendiri tingkah laku itu baik atau buruk. Self regard ini memaksakan nilai-nilai dari orang lain terhadap self.
4.      Condition of worth (COW) : kondisi ini menunjukkan individu tidak mampu menilai diri sendiri dengan kacamata positif, kecuali berdasarkan nilai-nilai yang dipaksakan itu, tak peduli hal itu menyenangkan atau tidak, bahkan kondisi seperti itu individu dapat menilai sesuatu sebagai positif, padahal hal itu tidak menyenangkan bagi dirinya, dan menilai negatif, padahal menyenangkan.

d.      Kondisi yang Diharapkan
1.      Kondisi yang terus menerus memberikan penilaian positif oleh so kepada individu, meskipun beberapa tingkah laku individu itu tidak dapat dibenarkan
2.      Individu terhindar dari COW dan mengembangkan unconditional self regard (USR)

3.      Kepribadian sehat :
(a)    COW tidak berkembang
(b)   OVP, SRG dan PRO sejalan
(c)    Tingkah lakunya menyenangkan, baik untuk diri sendiri dan juga diterima dan dinilai positif oleh orang lain.
Dengan demikian individu akan memperkembangkan pribadi yang sehat

D.    Tingkah Laku Salah Suai
a.       Adanya ketidakseimbangan/ ketidaksesuaian antara pengalaman organismik dan self yang menyebabkan individu merasa dirinya rapuh dan mengalami salah suai
b.      Karakteristik pribadi salah suai:
1.      Estrangement  : membenarkan apa yang sesungguhnya oleh diri sendiri dirisaukan tidak mengenakkan
2.      Incongrity in behaviour : ketidaksesuaian tingkah laku karena COW, hal ini sering menimbulkan kecemasan.
3.      Kecemasan : kondisi yang ditimbulkan oleh adanya ancaman terhadap kesadaran tentang diri sendiri.
4.      Defense mechanism (DM) : tindakan yang diambil oleh individu agar tampak konsisten terhadap struktur self (yang salah itu).
c.       Gejala TLSS:
1.      Kecemasan atau ketegangan terus menerus
2.      Tingkah laku yang rigid --- tidak luwes
3.      Menolak situasi baru
4.      Salah dalam memperkirakan
5.      Menolak untuk menyadari pengalaman-pengalamannya sendiri
6.      Tingkah lakunya tidak terduga
7.      Sering tidak rasional
8.      Tidak mampu mengontrol dirinya sendiri

E.     Tujuan Konseling
Tujuan konseling adalah meciptakan suasana yang kondusif bagi klien untuk eksplorasi diri sehingga dapat mengetahui hambatan pertumbuhannya, yang pada giliran berikutnya klien dapat mengembangkan aspek diri yang sebelumnya terganggu.

Dengan adanya pertumbuhan dan pengembangan pada diri klien, diharapkan:
a.       Terjadinya keseimbangan dalam diri klien sehingga klien lebih terbuka pada pengalamannya
b.      Lebih realistis, objektif dan persiapannya lebih luas, sehingga ideal self nya lebih realistis dan seimbang dengan self nya, dengan demikian ketegangan dapat dikurangi
c.       Sebagai konsekuensi dari peribahan pada nomor (a) dan (b) akan tumbuh rasa percaya diri (postif self regard-nya meningkat) mampu mengevaluasi diri, sehingga menjadi pribadi yang utuh, dapat menerima diri sendiri sebagaimana adanya.
Tujuan lain dari konseling self
·         Pada dasarnya :
a.    Klien sendiri yang menentukan tujuan konseling
b.    Membantu klien menjadi lebih matang dan kembali melakukan self-actualization (SA) dengan menghilangkan hambatan-hambatannya
·         Secara lebih khusus : membebaskan klien dari kungkungan tingkah laku (yang dipelajarinya) selama ini, yang semuanya itu membuat dirinya palsu dan terganggu dalam SA-nya

F.     Teknik Konseling
a.       Kondisi yang diperlukan untuk konseling
1.      Psicological contact (secara minimum harus ada)
2.      Minimum state of enxiety (MSA) : apabila klien merasa tidak enak dengan keadaannya sekarang maka ia cenderung berkehendak untuk mengubah dirinya sendiri.
3.      Conselor genuiness : jujur, tulus tanpa pamrih
4.      Unconditioned positive regard dan respect : penghargaan yang tulus kepada klien (KTPS)
5.      Empathic understanding : konselor benar-benar memahami kondisi internal klien, merasakan jika seandainya konselor sendiri yang menjadi klien.
6.      Client perception : klien perlu merasakan bahwa kondisi-kondisi di atas memang ada.
7.      Congretness, immediacy, and confrontation : ini merupakan teknik-teknik khusus dalam proses konseling.

b.      Pendekatan “jika-maka” (PJM)
1.      Jika konselor mampu menciptakan kondisi-kondisi diatas, maka proses konseling dapat terjadi.
2.      Jika konseling dapat terjadi, maka suatu hal nyata (yaitu perubahan pada diri klien) akan dapat diraih. Hasil ini mengacu pada kembalinya klien ke jalan menuju SA.
c.       Proses konseling
1.      Klien merasa nyaman berada bersama konselor karena konselor tidak pernah merespon negatif atau unconditional positive regard (UPR)
2.      Klien didorong untuk sebanyak mungkin menggunakan kata ganti saya
3.      Klien didorong untuk melihat pengalaman-pengalamannya dari sudut yang lebih realitis
4.      Klien mengekspresikan perasaan yang benar-benar dia rasakan
5.      Klien didorong untuk kembali menjadi dirinya sendiri

d.      Penerapan :
1.      Konselor menjadi alter ego bagi klien
2.      Tanggung jawab dalam hubungan konseling diletakkan pada klien, bukan pada konselor
3.      Waktu perlu dibatasi, disampaikan kepada klien
4.      Fokus kegiatan pada konseling adalah terhadap individu klien bukan terhadap masalah
5.      Menekankan azas kekinian
6.      Diagnosis oleh konselor tidak perlu, klien mendiagnosis diri sendiri
7.      Lebih menekankan aspek-aspek emosional dari pada intelektual
8.      Konselor tidak perlu memberikan berbagai informasi pada klien
9.      Tes dipergunakan dengan amat sangat terbatas

e.       Kharakteristik konselor
(a)Kongruen
(b)Menerima positif tanpa syarat (unconditioning positif regard), dan
(c)Empatik. Alwisol (2006:333)

Contohnya:
Klien yang mengalami kesulitan dalam berteman/terlalu kaku (rigid) terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini akan menghambat aktualisasi diri klien untuk diterima di masyarakat.

f.       Karakteristik berpusat konseling pada klien
1.      Fokus utama adalah kemampuan individu memecahkan masalah terpecahnya masalah
2.      Lebih mengutamakan sasaran perasaan dari pihak intelek
3.      Masa kini lebih banyak diperhatikan dari pada masa lalu
4.      Pertumbuhan emosional terjadi dalam hubungan konseling
5.      Proses terapi merupakan penyerasian antara gambaran diri klien dengan keadaan dan pengalaman diri yang sesungguhnya
6.      Hubungan konselor dan klien merupakan situasi pengalaman terapeutik yang berkembang menuju kepada kepribadian klien yang integral dan mandiri
7.      Klien memegang peranan aktif dalam konseling sedangkan konselor bersifat pasif reflektif



Pertanyaan:
1.      Jelaskan asusmsi tentang manusia dengan contoh  menurut konseling self?
2.      Apa pendapat rogers mengenai pribadian manusia?
3.      Jelaskan maksud dari manusia adalah rasional, tersosialisasikan dan dapat menentukan nasibnya sendiri?
4.      Berikan contoh berdasarkan stuktur kepribadian menurut rogers?
5.      Bagaimana tingkah laku salah suai menurut rogers?
6.      Bagaimana cara mengatasai tingkah laku salah suai berdasarkan teori konseling self ini?
7.      Untuk tujuan konseling, apa yang seharusnya kita rubah dari klien?
8.      Teknik apa yang paling baik dilakukan menurut rogers kepada klien yang tidak mau bergaul dengan lingkungannya?
9.      Jelaskan maksud teknik congretness, immediacy, and confrontation?
10.  Dalam situasi yang bagaimana seorang konselor dapat menerapkan teori rogers ini?









KEPUSTAKAAN

Surya, Muhammad. 2003. Teori-Teori Konseling. Bandung:C.V. Pustaka Bani Quraisy
 
(Seting dan Lay-out). Catalog dalam terbitan. 2006. Psikologi Konseling( edisi ketiga). Malang: UPT. Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang.

Taufiq. 2001. Beberapa Model Pendekatan Dalam Konseling: Jurusan Bimbingan Dan Kunseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang.

http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=73&Itemid=93

http://makalahkitasemua.blogspot.com/2010/01/analisis-masalah-mengunakan-teori.html













Tidak ada komentar:

Posting Komentar