KONSELING SELF (KONSELF)
A.
Pengantar
Ahli
dari konseling self ini adalah Carl Ransom Rogers lahir pada tahun 1902. Pendekatan
Rogers di dasari dengan anggapan bahwa:
1. Bahwa
klien lah yang berhak menentukan tujuan hidupnya, bukan konselor
2. Tiap
individu bisa berdiri sendiri dan berusaha untuk memecahkan masalahnya sendiri.
B.
Asumsi
tentang Manusia
a. Manusia
adalah rasional, tersosialisasikan dan dapat menentukan nasibnya sendiri
b. Dalam
kondisi yang memungkinkan, manusia akan mampu mengarahkan diri sendiri, maju,
dan menjadi individu yang positif dan konstruktif
Menerima klien
tanpa syarat (apa adanya).
Rogers menekankan pandangan bahwa
tingkah laku manusia hanya dapat dipahami dari bagaimana dia mamandang realita
secara subjektif. Pendekatan ini disebut humanistik, karena sangat menghargai
individu sebagai organisme yang potensial. Setiap orang memiliki potensi untuk
berkembang mencapai aktualisasi diri. Rogers juga mengemukakan 19 rumusan
pandangan mengenai hakekat pribadi (self). Alwisol (2006: 317)
C.
Struktur
Kepribadian
a. Struktur
kepribadian meliputi komponen OLS:
1. Organisme:
a. Merupakan
keseluruhan dari seseorang keberadaan pikirannya, tingkah lakunya, dan
jasmaniyahnya. Orgasme bertindak sebagai suatu kesatuan dalam memenuhi
kebutuhannya.
b. Kebutuhan
dasar adalah beraktualisasi, yaitu: dorongan untuk membesar, meluas, berkembang
dan matang.
c. Organisme
mendambakan berkembang secara penuh dan terbebas dari kontrol eksternal
d. Organisme
bertindak dalam kesadaran
2. Lapangan
fenomenal: segala sesuatu yang dialami seseorang baik yang bersifat eksternal
maupun internal, yaitu hal-hal yang dipersepsinya dan yang dianggapnya penting
3. Self:
bagian dari lapangan fenomenal yang meliputi persepsi dan nilai-nilai tentang
diri sendiri (“aku”)
b. Kepribadian:
1. Merupakan
hasil dari interaksi terus menerus antara organisme, lapangan fenomenal dan
self
2. Selalu
dalam keadaan berkembang
c. Perkembangan
Kepribadian
1. Organisme valuing process (OVP)
: proses penilaian (sejak bayi dan berlangsung terus menerus)
2. Positive regard from others (PRO) :
proses mengadopsi nilai-nilai dari orang lain --- selanjutnya, menilai diri
sendiri berdasarkan penialaian orang lain.
3. Self regard (SRG)
: pandangan terhadap diri sendiri didasarkan pada persepsinya akan penilaian
orang lain terhadap dirinya. Dalam hal ini individu menilai tingkah lakunya
sendiri berdasarkan penilaian orang lain, tanpa peduli apakah menurut diri
sendiri tingkah laku itu baik atau buruk. Self regard ini memaksakan
nilai-nilai dari orang lain terhadap self.
4. Condition of worth (COW)
: kondisi ini menunjukkan individu tidak mampu menilai diri sendiri dengan
kacamata positif, kecuali berdasarkan nilai-nilai yang dipaksakan itu, tak
peduli hal itu menyenangkan atau tidak, bahkan kondisi seperti itu individu
dapat menilai sesuatu sebagai positif, padahal hal itu tidak menyenangkan bagi
dirinya, dan menilai negatif, padahal menyenangkan.
d. Kondisi
yang Diharapkan
1. Kondisi
yang terus menerus memberikan penilaian positif oleh so kepada individu,
meskipun beberapa tingkah laku individu itu tidak dapat dibenarkan
2. Individu
terhindar dari COW dan mengembangkan unconditional
self regard (USR)
3. Kepribadian
sehat :
(a) COW
tidak berkembang
(b) OVP,
SRG dan PRO sejalan
(c) Tingkah
lakunya menyenangkan, baik untuk diri sendiri dan juga diterima dan dinilai positif
oleh orang lain.
Dengan
demikian individu akan memperkembangkan pribadi yang sehat
D.
Tingkah
Laku Salah Suai
a. Adanya
ketidakseimbangan/ ketidaksesuaian antara pengalaman organismik dan self yang
menyebabkan individu merasa dirinya rapuh dan mengalami salah suai
b. Karakteristik
pribadi salah suai:
1. Estrangement : membenarkan apa yang sesungguhnya oleh diri
sendiri dirisaukan tidak mengenakkan
2. Incongrity in behaviour
: ketidaksesuaian tingkah laku karena COW, hal ini sering menimbulkan
kecemasan.
3. Kecemasan
: kondisi yang ditimbulkan oleh adanya ancaman terhadap kesadaran tentang diri
sendiri.
4. Defense
mechanism (DM) : tindakan yang diambil oleh individu agar tampak konsisten
terhadap struktur self (yang salah itu).
c. Gejala
TLSS:
1. Kecemasan
atau ketegangan terus menerus
2. Tingkah
laku yang rigid --- tidak luwes
3. Menolak
situasi baru
4. Salah
dalam memperkirakan
5. Menolak
untuk menyadari pengalaman-pengalamannya sendiri
6. Tingkah
lakunya tidak terduga
7. Sering
tidak rasional
8. Tidak
mampu mengontrol dirinya sendiri
E.
Tujuan
Konseling
Tujuan konseling adalah meciptakan suasana yang
kondusif bagi klien untuk eksplorasi diri sehingga dapat mengetahui hambatan
pertumbuhannya, yang pada giliran berikutnya klien dapat mengembangkan aspek
diri yang sebelumnya terganggu.
Dengan
adanya pertumbuhan dan pengembangan pada diri klien, diharapkan:
a. Terjadinya
keseimbangan dalam diri klien sehingga klien lebih terbuka pada pengalamannya
b. Lebih
realistis, objektif dan persiapannya lebih luas, sehingga ideal self nya lebih
realistis dan seimbang dengan self nya, dengan demikian ketegangan dapat
dikurangi
c. Sebagai
konsekuensi dari peribahan pada nomor (a) dan (b) akan tumbuh rasa percaya diri
(postif self regard-nya meningkat)
mampu mengevaluasi diri, sehingga menjadi pribadi yang utuh, dapat menerima
diri sendiri sebagaimana adanya.
Tujuan lain dari
konseling self
·
Pada dasarnya :
a. Klien
sendiri yang menentukan tujuan konseling
b. Membantu
klien menjadi lebih matang dan kembali melakukan self-actualization (SA) dengan menghilangkan hambatan-hambatannya
·
Secara lebih khusus : membebaskan klien
dari kungkungan tingkah laku (yang dipelajarinya) selama ini, yang semuanya itu
membuat dirinya palsu dan terganggu dalam SA-nya
F.
Teknik
Konseling
a. Kondisi
yang diperlukan untuk konseling
1. Psicological contact
(secara minimum harus ada)
2. Minimum state of enxiety (MSA)
: apabila klien merasa tidak enak dengan keadaannya sekarang maka ia cenderung
berkehendak untuk mengubah dirinya sendiri.
3. Conselor genuiness
: jujur, tulus tanpa pamrih
4. Unconditioned positive regard dan
respect : penghargaan yang tulus kepada klien (KTPS)
5. Empathic understanding
: konselor benar-benar memahami kondisi internal klien, merasakan jika
seandainya konselor sendiri yang menjadi klien.
6. Client perception
: klien perlu merasakan bahwa kondisi-kondisi di atas memang ada.
7. Congretness, immediacy, and confrontation
: ini merupakan teknik-teknik khusus dalam proses konseling.
b. Pendekatan
“jika-maka” (PJM)
1. Jika
konselor mampu menciptakan kondisi-kondisi diatas, maka proses konseling dapat
terjadi.
2. Jika
konseling dapat terjadi, maka suatu hal nyata (yaitu perubahan pada diri klien)
akan dapat diraih. Hasil ini mengacu pada kembalinya klien ke jalan menuju SA.
c. Proses
konseling
1. Klien
merasa nyaman berada bersama konselor karena konselor tidak pernah merespon
negatif atau unconditional positive
regard (UPR)
2. Klien
didorong untuk sebanyak mungkin menggunakan kata ganti saya
3. Klien
didorong untuk melihat pengalaman-pengalamannya dari sudut yang lebih realitis
4. Klien
mengekspresikan perasaan yang benar-benar dia rasakan
5. Klien
didorong untuk kembali menjadi dirinya sendiri
d. Penerapan
:
1. Konselor
menjadi alter ego bagi klien
2. Tanggung
jawab dalam hubungan konseling diletakkan pada klien, bukan pada konselor
3. Waktu
perlu dibatasi, disampaikan kepada klien
4. Fokus
kegiatan pada konseling adalah terhadap individu klien bukan terhadap masalah
5. Menekankan
azas kekinian
6. Diagnosis
oleh konselor tidak perlu, klien mendiagnosis diri sendiri
7. Lebih
menekankan aspek-aspek emosional dari pada intelektual
8. Konselor
tidak perlu memberikan berbagai informasi pada klien
9. Tes
dipergunakan dengan amat sangat terbatas
e. Kharakteristik
konselor
(a)Kongruen
(b)Menerima
positif tanpa syarat (unconditioning positif regard), dan
(c)Empatik.
Alwisol (2006:333)
Contohnya:
Klien yang mengalami kesulitan dalam berteman/terlalu kaku (rigid)
terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini akan menghambat aktualisasi diri
klien untuk diterima di masyarakat.
f.
Karakteristik berpusat konseling pada klien
1.
Fokus utama adalah kemampuan individu memecahkan
masalah terpecahnya masalah
2.
Lebih mengutamakan sasaran perasaan dari pihak intelek
3.
Masa kini lebih banyak diperhatikan dari pada masa
lalu
4.
Pertumbuhan emosional terjadi dalam hubungan konseling
5.
Proses terapi merupakan penyerasian antara gambaran
diri klien dengan keadaan dan pengalaman diri yang sesungguhnya
6.
Hubungan konselor dan klien merupakan situasi
pengalaman terapeutik yang berkembang menuju kepada kepribadian klien yang
integral dan mandiri
7.
Klien memegang peranan aktif dalam konseling sedangkan
konselor bersifat pasif reflektif
Pertanyaan:
1.
Jelaskan
asusmsi tentang manusia dengan contoh
menurut konseling self?
2.
Apa pendapat
rogers mengenai pribadian manusia?
3. Jelaskan maksud dari manusia
adalah rasional, tersosialisasikan dan dapat menentukan nasibnya sendiri?
4.
Berikan
contoh berdasarkan stuktur kepribadian menurut rogers?
5.
Bagaimana
tingkah laku salah suai menurut rogers?
6.
Bagaimana
cara mengatasai tingkah laku salah suai berdasarkan teori konseling self ini?
7.
Untuk tujuan
konseling, apa yang seharusnya kita rubah dari klien?
8.
Teknik apa
yang paling baik dilakukan menurut rogers kepada klien yang tidak mau bergaul
dengan lingkungannya?
9.
Jelaskan
maksud teknik congretness, immediacy, and confrontation?
10.
Dalam
situasi yang bagaimana seorang konselor dapat menerapkan teori rogers ini?
KEPUSTAKAAN
Surya, Muhammad. 2003. Teori-Teori
Konseling. Bandung:C.V. Pustaka Bani Quraisy
(Seting dan Lay-out). Catalog dalam terbitan. 2006. Psikologi Konseling( edisi ketiga). Malang: UPT. Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang.
Taufiq. 2001. Beberapa Model Pendekatan Dalam Konseling: Jurusan Bimbingan Dan Kunseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang.
http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=73&Itemid=93
(Seting dan Lay-out). Catalog dalam terbitan. 2006. Psikologi Konseling( edisi ketiga). Malang: UPT. Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang.
Taufiq. 2001. Beberapa Model Pendekatan Dalam Konseling: Jurusan Bimbingan Dan Kunseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang.
http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=73&Itemid=93
http://makalahkitasemua.blogspot.com/2010/01/analisis-masalah-mengunakan-teori.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar